Blinking Hello Kitty Angel Jurnal Bunga Matahari: Juli 2016

Selasa, 26 Juli 2016

Mungkin bukan aku saja yang khawatir ketika beranjak dewasa.
Bilangan yang tak lagi diawali dengan angka 1, tanggung jawab, tuntutan untuk dapat memenuhi sesuatu, dan lainnya.

Semoga seseorang lain yang selalu dibayang-bayangi itu semua, 
Diberikan kekuatan yang lebih besar dari apa yang akan diterima
Diberi hati yang lebih lapang dari apa yang akan terjadi
dan, diturunkan karunia-karunia yang tak terduga sebelumnya.

Semoga. 

Senang.

Ada seorang anak,
yang lupa bahwa tak lama lagi umurnya tak lagi belasan.
Bahkan mungkin Ia sudah kurang pantas disebut 'seorang anak', 
yang masih memiliki rasa senang yang sama 
seperti bertahun-tahun lalu.
Ketika mendengar suara mesin kendaraan menuju rumahnya, 
dan tak lama kemudian dimatikan.

Ada seorang anak,
yang dulu senang ketika mendengar suara engsel gerbang yang berdecit.
Sore hari sebelum magrib menjelang.
Padahal, yang ditunggu tidak pergi selama satu atau dua tahun lamanya.
Namun rasa senang itu selalu sama.

Meskipun tak ada yang istimewa
karena itu terjadi setiap hari
Dan,
tak ada hal istimewa yang akan dilakukan bersama yang ditunggu.

Hanya saja,
anak itu senang mendengar keduanya pulang.
Duduk ditengah keduanya ketika makan.
Bahkan ketika tak ada percakapan.

Ia hanya senang.
Memperhatikan raut wajah, memastikan mereka baik-baik saja.
Perlahan bertanya jika menyadari ada sesuatu yang salah.

Ia hanya,
ingin keduanya tahu bahwa ia berusaha untuk selalu ada,
untuk mendengar segalanya.
Tak akan membiarkan mereka sendiri.
Walau sang anak tahu kenyataannya,
mendengarkan perasaannya sendiri pun kadang tak bisa.

Ada seorang anak, 
Dengan rasa yang sama.
Di setiap sore yang sama.
Menunggu suara yang sama.

Walaupun saat ini,
Ia tak bisa lagi mendengar salah satunya.

Kamis, 21 Juli 2016

Malu

Malu.
Ketika orang lain mendeskripsikan kita dengan hal-hal yang baik.
Tetapi kita tahu itu hanyalah sebuah tampilan luar. Sisi lain dari diri kita yang lain.

Malu.
Ketika orang lain menggantungkan harapan yang tinggi kepada kita.
Tetapi kita tahu kita belum seberani itu untuk mewujudkan semua harapannya.
Mereka hanya 'tak sengaja' melihat kita saat momen-momen terbaik.

Malu.
Ketika mereka tahu hanya yang 'baik-baiknya' saja.
Mengharapkan yang baik-baik, menginginkan yang terbaik,
dari kita.

Ketika kita tahu,
Diri ini memiliki banyak sisi.
Setiap keburukan yang dilakukan,
Tak diizinkan oleh Allah untuk diketahui siapapun,
Biarkan lama-kelamaan kita yang merasakan pedih dan menyesalnya sendiri.
Tak perlu jadi gunjingan atau sebuah cela untuk diperbincangkan.
Karena rasa berdosa akan jauh lebih sakit ketika hanya diri sendiri yang mengetahui.
Hanya diri sendiri yang terbebani,
dan mengelabui setiap manusia yang ditemui.

Sedangkan disini, sampai saat ini, kita masih tertatih, bahkan terkadang diam karena lelah.
Untuk merubah setiap keburukan menjadi kebaikan.
Untuk tidak tampil dengan baik, tetapi berkepribadian baik.

Tersenyum samar untuk setiap pujian dan harapan, sembari berharap....
Semoga setiap yang terlantun dalam suara, atau yang tertulis dengan pena, tentang 'baiknya' diri kita,
menjadi sebuah untaian doa yang tak henti-hentinya melingkupi diri.