Blinking Hello Kitty Angel Jurnal Bunga Matahari: 2018

Sabtu, 08 September 2018

Kita sudah sama-sama lelah
Tapi jalan masih cukup jauh untuk ditempuh

Sambil menyeka peluhmu, kau bertanya

"Apa lagi yang kau punya?"

"Harapan, kemauan, doa.
dan aku tidak sedang bercanda."

Meskipun kau meragukanku, aku tau
Aku masih ingin membersamaimu.

Jumat, 24 Agustus 2018

Orang-Orang Baik

Ketika kamu merasa mulai lelah dan sebal dengan segelintir orang
Kamu, oleh dunia nyata rasanya abai
Sedangkan dunia maya terlalu ramai
Mulai bosan, semua seakan menyebalkan.

atau

Ketika kamu mulai merasa lelah melakukan hal yang 'itu-itu saja'.
Merasa tidak berguna,
berjalan di tempat sedangkan yang lain mulai melesat.
Merasa berada pada putaran yang sama
hingga kamu merasa apakah semua ada gunanya.

Terus menerus bertanya pada diri sendiri
Jalan mana sebaiknya yang dilewati
Meragu

Bahkan ketika tetap berada pada yang baik pun
Semangatmu tersisa setengah
Meski kau tau itu salah

Saat itulah kamu butuh mereka. Orang-orang yang kamu yakin menjadi salah satu pemberian-Nya yang terindah. Ia tau kamu tak selamanya kuat sendiri. Ia tau terkadang, sekuat-kuatnya kamu, suatu waktu bisa saja hampir tumbang. Oleh karenanya, mereka menjadi perantara agar kau tidak terlampau jauh terlepas. Ketika rasanya kamu mulai goyah, mereka akan berusaha menegakkanmu kembali. Menjadi penopang sementara kau memulihkan diri. Hingga ketika kau siap untuk kembali dan merekatkan tali-tali kebaikan yang berujung pada-Nya. 

Jadi, kalau kamu bertekad mau terus menerus pada jalan yang baik. Salah satu usahanya adalah mencari lingkungan yang di sana juga ada mereka, orang-orang yang baik. Kalau kamu merasa baik burukmu itu ditentukan dari dirimu sendiri, itu tidak salah. Namun, orang-orang di sekitarmu juga memberikan pengaruh, besar ataupun kecil. 

Pun ketika untukmu ibadah rasanya amat sulit untuk dikerjakan. Ketika hal-hal yang baik mulai kamu ragukan. Coba dekati mereka, orang-orang baik itu. Saat itulah kamu butuh mereka. Entah dari sikap yang luar biasa atau kata-kata sederhana akan sampai kepadamu 'pesan' dari-Nya. 

Dan saat ini, aku amat bersyukur atas keberadaan orang-orang baik itu di sekitarku. 

***

Kalau kamu masih belum 'ngeh' juga, hehe 
Intinya begini:

Manusia itu gak semuanya kuat untuk terus menerus berdiri sendiri dalam kebaikan. Contoh, meskipun kamu sangat amat rajin beribadah tapi ada saatnya juga kamu lelah. Nah, orang-orang baik di sekitarmu biasanya yang akan jadi penyemangatmu untuk kembali semangat dalam beribadah.
Pun ketika kamu lagi malas-malasnya, lagi 'down' atau apalah itu. Mereka juga yang terkadang menjadi 'perantara' dari Allah agar kamu kembali mendapatkan semangat. 

Contohnya lagi ketika kamu berpindah dari suatu lingkungan ke lingkungan lainnya. Memperluas jaringan pertemananmu, misalnya. Berteman dengan siapa saja itu bukan masalah. Tapi, sebisa mungkin kamu harus punya lingkungan orang-orang saleh dan baik yang akan menjadi penyeimbang lingkunganmu yang lain. Menjadi yang pertama kali mengingatkanmu ketika kamu hampir salah langkah. Mencegahmu tergelincir pada hal-hal yang buruk. Sangat disayangkan jika tadinya kamu adalah orang yang baik, tetapi karena 'orang-orang' baru, kamu mulai menjauh dari kebaikan-kebaikan yang awalnya kamu pegang dengan teguh bahkan menjadi prinsipmu. Apalagi kalau alasan 'malu'. Begitu. 


Semoga kita selalu dikelilingi oleh orang-orang baik itu, ya, dan Allah senantiasa merahmati mereka. Aamiin. 

Senin, 20 Agustus 2018

Perempuan itu (2)

Dari perempuan itu aku belajar,
dan membuatku berjanji kepada diri sendiri.

Bahwa ketika kau menjadi orangtua bukan berarti kau sepenuhnya benar.
Bahwa ketika kau menjadi orangtua, itu juga merupakan sebuah proses pembelajaran.
Dan terkadang, meskipun kurang mengenakan, pelajaran itu hanya bisa didapat dari seorang anak.
Saat itulah kau harus menurunkan sedikit keegoisanmu.

Ketika suara-suara kecil itu sedang menyuarakan isi hati mereka.
Mengungkapkan alasan mengapa mereka melakukan sesuatu,
bahkan yang paling menjengkelkan menurutmu. 

Seseorang pernah berkata 
Seorang anak tak meminta untuk dilahirkan ke dunia.
Seorang anak bahkan tak bisa memilih orangtuanya.
Maka orangtua yang dapat memutuskan apakah ingin menjadi yang terbaik atau terburuk untuk anak-anak mereka. 

Bersikap adil-lah ketika nanti kau menjadi orangtua.
Kau ingin anakmu meminta maaf ketika bersalah dan berterimakasih untuk segala kebaikan.
Maka lakukanlah juga untuk mereka.
Kata "maaf" dari seorang ayah tidak akan melunturkan kewibawaannya.
Kata-kata yang lembut dari seorang ibu tidak akan menghilangkan gambaran keperkasaan seorang wanita.

Hal yang sama pentingnya,
Lisanmu harus lebih dijaga ketika nanti menjadi orangtua.
Setiap kata yang terlontar untuk mereka, anak-anakmu, dapat menjadi luar biasa dampaknya.
Kau bisa memantik  semangat  mereka hanya dengan dua atau tiga kata.
Dan sayangnya,
dengan dua atau tiga kata juga, kau dapat merobek dalam-dalam perasaan mereka.

Bahkan kemungkinan sebagian besar kata-katamu untuk mereka adalah doa,
yang tak bisa kau tolak dan kau tebak kapan terkabulnya.

Mungkin kah anak-anak yang memiliki kebencian pada orangtuanya, pada awalnya adalah mereka yang memiliki perasaan sangat dalam kepada keduanya?
Mungkin saja.
Karena rasa kecewa paling dalam manusia seringnya hadir dari orang-orang yang paling ia percaya,
yang paling ia sayang,
yang paling ia agungkan.
Sehingga hanya dengan satu tetes kekecewaan, untaian perasaan yang dalam itu dapat seketika hancur,
bermertamorfosis menjadi kebencian luar biasa.

Jadi,
suatu hari nanti, berjanjilah untuk siap menjadi orang tua yang pantas dan terbaik untuk anak-anak kita.









Perempuan itu (1)

Perempuan di hadapanku akan menangis.
Ada sesuatu yang menggenang di pelupuk matanya.
Kami duduk berhadapan di sebuah meja makan salah satu restoran cepat saji yang menawarkan menu-menu makanan korea di salah satu pusat perbelanjaan.

Ini pertama kalinya aku melihatnya menangis.
Selama ini yang kutahu dia adalah sosok yang mudah menerima segala sesuatu yang terjadi dan tidak terbebani.
Selama dia dapat mengatasi, maka itu bukan masalah baginya.
Dia sosok perempuan yang 'kuat' di mataku. Beda denganku, yang bahkan dapat panik dan hampir menangis hanya karena tiba-tiba mendapat giliran presentasi pada urutan pertama. Payah memang. Lupakan.

Perempuan itu menahan air mata  sambil berusaha tetap melahap makanannya seakan semuanya baik-baik saja.
Sesekali dia mempercepat gerakan tangannya. Memasukkan nasi suapan demi suapan.
Namun, di satu waktu gerakannya melambat. Bercerita sambil sesekali tersenyum dan tertawa.
Padahal yang ia kisahkan itu bagiku pilu.
Mungkin ia berusaha membuatku tidak terlalu menghiraukan air matanya.

Memandangnya membuatku tercekat.
Kata-kata yang ada dalam pikiranku tetap berada di tempatnya.
Aku terlalu takut untuk menyampaikan. Takut salah memilih kata-kata dan malah semakin melukai.
Memandangi seseorang yang memoles luka dengan tawa itu memang menyakitkan, ya.

Selesai bercerita, ia kembali tertawa kecil.
"Maaf kalau membebani," katanya.
"Jangan terlalu dipikirkan," tambahnya.
Aku hanya tersenyum tipis. Tak tahu harus membalas apa.

Niatku untuk pulang kuurungkan setelah tau ia masih butuh waktu.
Setidaknya untuk menutupi sedikit demi sedikit luka di hatinya.

Ia kembali bercerita setelah kami sampai dan duduk di pinggir danau yang tenang.
Tanpa air mata, aku harap perasaannya sudah lebih baik.
Kami mulai saling bercerita dengan bersemangat dan sesekali tertawa bersama.
Aku harap dapat sedikit membantu mengurai kesedihannya.

Tiba-tiba ia kembali meminta maaf.
Maaf karena sudah terlihat 'lemah' di hadapanku.
Dan aku hanya mengerutkan kening dan tersenyum.

Simpan maafmu, sayang.
Kesedihan itu salah satu pembuktian bahwa kita adalah manusia.
Bersyukurlah hatimu masih bisa merasakannya.
Bukan, bukan berarti kau lemah.
Kau lemah ketika kau menyerah,
dan membiarkan dirimu terombang-ambing dalam kesedihan itu.

Sedangkan kau,
Kau hebat karena sudah mau berbagi.
Kau hebat karena dapat menghadapinya dan tidak berlari.

Maaf, perempuan di sebelahmu ini seseorang yang sedikit canggung untuk memberikan sebuah pelukan.
Biarkan aku lakukan itu dalam doa-doaku,
atau sederhananya melalui aplikasi pesan singkat dengan stiker-stiker yang lucu.

Hari beranjak sore
dan kami berpisah di stasiun.
Dia akan naik kereta ke arah Jakarta dan aku sebaliknya.

Semoga perempuan itu tidur dengan perasaan yang lebih tenang malam ini.















Rabu, 18 Juli 2018

Ada sebuah resiko yang harus kamu tanggung ketika kamu memiliki seseorang atau mungkin sesuatu

Atau membiarkan seseorang atau sesuatu tersebut masuk ke dalam lingkaran kehidupanmu.

Terlebih ketika kamu merasa nyaman, tenang, apalagi bahagia dengan keberadaannya.

Terlebih jika  satu sama lain merasakan yang sama.

Yakni ketika kamu sadar bahwa suatu saat dia akan menghilang

....atau harus pergi

dari sisimu.

Walaupun dia tak mau pergi

atau bahkan dia pergi karena itu pilihannya sendiri.

Kamu tak dapat mencegahnya.

Bukan, bukan tak bisa,

Kamu tak selalu dapat mencegahnya.

Tetapi,

walau kamu tahu resiko itu menyakitkanmu

jangan pernah menutup diri.

Terkadang mereka yang takut kehilangan

takut pula untuk membiarkan siapapun, apapun, masuk ke dalam hidupnya.

Meskipun dia membutuhkannya.

Padahal

itu yang namanya hidup, sayang.



Semakin saya dewasa.
Saya tahu orang-orang akan 'menghilang' satu persatu dari sisi saya.
Entah benar-benar 'menghilang';
kembali kepada pemilik sesungguhnya,
dimiliki oleh orang lain,
atau hanya tidak lagi dalam jangkauan saya.
Meskipun saya tinggal amat sangat dekat dengan mereka.
Entah karena kesibukan saya, kesibukan mereka, atau waktu yang tidak pernah mengizinkan kami untuk sekedar berbincang
eh?
atau mungkin tidak mengizinkan saya untuk mencoba berbincang dengan mereka.

Pada awalnya mungkin saya akan merasakan sepi,
itu pasti.
Tapi tenang saja, saya benar-benar sudah menyiapkan diri.
Dan lama-kelamaan saya menyadari.

Bahwa,
mereka yang benar-benar menghilang
atau
mereka yang tidak lagi dalam jangkauan saya,
sesungguhnya mengajarkan dan mengingatkan.

Tidak ada yang benar-benar saya miliki.
Tidak ada yang benar-benar dapat saya katakan "Dia milik saya".
Sedekat apapun, sekuat apapun ikatan yang saya miliki dengan seseorang.
Bahkan meskipun darah yang mengikatnya.

Tidak ada yang benar-benar dapat saya miliki.


Meskipun nantinya akan datang orang-orang 'baru' di kehidupan saya.
Mereka sama saja.