Blinking Hello Kitty Angel Jurnal Bunga Matahari: 2019

Senin, 23 Desember 2019

Kebanyakan manusia pasti berpikir,

kalau kata-kata manis penuh cinta yang ditulis atau diucapkan 
pasti ditujukan untuk seseorang spesial

padahal,

diri sendiri, kan, juga sama berharganya dengan orang-orang yang dicinta.

sama istimewanya untuk dihadiahi kata-kata cinta.

Jadi, siapa yang masih berpikir kata-kata cinta itu cuma buat yang disebut "dia"?

Harus Siap

Manusia memang harus selalu siap, ya.
Dengan kejutan-kejutan di dalam hidupnya.
Siap untuk tiba-tiba tertawa lalu menangis.
Siap untuk tiba-tiba menangis sambil tertawa.

Siap untuk kehadiran siapapun dalam hidupnya.
Siap untuk segera mengambil keputusan untuk menerima atau memintanya pergi secara baik-baik.
Siap untuk menyakiti hati orang lain dengan terpaksa.
Siap untuk disakiti hatinya.
Siap untuk bahagia.
Siap untuk kecewa.
Siap untuk bertanya "kenapa?"
Tanpa ada jawabannya.

Bahkan terkadang tidak tahu harus siap untuk apa.

Selasa, 03 Desember 2019

Ternyata aku bisa, ya.

Sedang suntuk.
Layar di depan mata menampilkan barisan kata-kata
Tapi pikiran entah melalangbuana kemana.
Mempertanyakan sampai kapan akan berada di sini.
Jenuh.
Tapi tidak dipungkiri, aku butuh.

Kemudian membuka percakapan-percakapan lama.
Membaca masa masa ketika masih mengerjakan tugas akhir dan dalam satu hari masalah terus-terusan ada.
Ketika menuliskannya mungkin aku saat itu sudah hampir menangis.
Saat ini membacanya malah ingin tertawa.

Masalah saat itu belum aku lupa
tapi,
....ternyata untuk melewatinya, aku bisa ya.

Berarti,
yang saat ini aku hadapi pun
suatu saat akan membuatku mengatakan yang sama.
atau malah membuatku tertawa juga.

Haha.
Ternyata, aku bisa, ya.

Selasa, 27 Agustus 2019

Waktu Luang

Tanpa disadari,
kamu meluangkan waktu hanya untuk orang-orang yang berarti.
Meskipun terdengar sederhana, waktu luangmu itu berharga.
Dan hanya kamu beri pada orang yang sama berharganya.
Kesempatan kesempatan yang kau tolak itu kemungkinannya hanya karena kamu tidak mampu atau tidak mau.
Namun untuk mereka yang bagimu segalanya, ketidakmampuan dan ketidakmauan itu mudah sekali sirna. Bagimu menjaga perasaan mereka dan waktu luangmu itu sama harganya sehingga ditukar pun tak apa.
Sadarilah bahwa ini dilakukan hampir semua manusia.
Maka, hargai mereka yang untukmu mereka meluangkan waktu.
Dan jangan terlalu berharap pada mereka yang memang prioritasnya bukan kamu.
Semua orang berhak memilih,
termasuk siapa yang mau mereka jaga hatinya.

Minggu, 25 Agustus 2019

Selamat datang

Selamat datang di fase usia 20 tahunan.
Fase ketika hal pertama yang harus kamu pelajari adalah mengenai penerimaan.
Menerima bahwa respon orang lain atas masalah-masalah tidak selalu sesuai dengan harapan.
Menerima bahwa tidak selalu orang lain bisa kamu andalkan bahkan sekedar untuk mendengarkan.
Dan masih banyak hal yang harus kamu terima tentang soal menyoal kehidupan.

Kamu harus bisa berdiri tegap dengan kaki sendiri.
Tidak tertatih, dan berpegangan hanya kepada yang menciptamu.
Jangan terlalu banyak berekspektasi.
Bagaimanapun, kejutan lebih menyenangkan dibanding kekecewaan.

Jangan terlalu banyak mencipta khayalan.
Kehidupan tidak selalu seindah yang dibayang tapi juga hal buruk tidak selalu menghadang.
Jalani saja yang ada.
Berusaha mewujudkan tujuan diciptakannya dirimu di dunia karena itu pasti yang terbaik.



Sabtu, 09 Februari 2019


Ibu sayang,
Tanggal dua Februari kemarin akhirnya aku berhasil menyelesaikan perkuliahan di tingkat sarjana.
Menggunakan toga dan tak dapat menyembunyikan seutas senyum bangga.
Sebenarnya aku sangat ingin kau melihatku di sana. 

Ibu sayang,
Ibu akan merasa bangga juga, kan?
Anak perempuanmu yang dulu sangat takut untuk memulai sesuatu yang baru, tak bisa pergi jauh darimu, mudah sekali menangis dalam keputusasaan, akhirnya berhasil melewati satu lagi tahap yang sulit
tanpamu.
Pulang pergi dengan jarak yang tidak dapat dikatakan dekat,
Bawaan yang terkadang terlampau berat,
Tak jarang harus pulang ketika gelap sudah pekat.
Rasanya ingin aku menelponmu dan meminta untuk dijemput seperti enam tahun yang lalu di saat hujan lebat.
Ketika keningku berkerut,
Mencoba memahami segalanya dengan runut,
Tapi terkadang akhirnya aku mengalah dan membiarkan semuanya kusut.
Hari-hari ketika sebenarnya aku hampir tak kuat lagi,
Tubuhku lelah, pun jiwaku.
Perasaanku mulai memainkan perannya lebih besar daripada logika.
Keluhan dalam hati menjadi kebiasaan sehari-hari.
Hingga pada suatu waktu aku berusaha untuk tidak peduli,
dan membiarkan ego-ku menyelimuti.
Malam-malam ketika aku hampir menangis,
Tapi aku tahu itu tidak menyelesaikan masalah
Dan sesuatu yang kuusahakan dengan sungguh pasti berbuah indah.
Meskipun tidak ada lagi kentang goreng hangat dan sosokmu yang menemani seperti saat aku berusaha keras menghafalkan rumus fisika untuk ulangan keesokan harinya.

Ibu sayang,
Undangan wisuda diperuntukkan untuk dua orang.
Salah satunya untukmu. Ada satu bangku yang dipersiapkan untukmu.
Aku mau ketika keluar dari ruangan yang pertama kali ku peluk adalah tubuhmu.
Tapi takdir Tuhan, siapa yang tahu.
Namun tak apa, ketidakhadiranmu yang memaksaku untuk belajar jadi wanita yang dapat menguasai ketakutannya.
Tenang saja, banyak orang baik di sekelilingku yang didatangkan oleh Tuhan.

Ibu sayang,
Jika sekitar enam tahun lalu aku berada dalam ketidakyakinan,
apakah bisa aku menjalani semuanya setelah kehilangan.
Sempat terombang-ambing dengan ketidaksadaran.
Aku yang sekarang sangat percaya bahwa raga dan jiwamu saja yang sudah sirna.
Untaian doamu tidak.
Doa yang dipanjatkan bertahun-tahun yang lalu semakin kurasakan.

Ibu sayang,
Aku tak tahu apalagi yang akan ku hadapi
Masalah sebesar apa
Kebahagiaan apa
Kesedihan apa
Tapi sekali lagi, tenang saja.
Jangan khawatir seperti ketika hujan deras membuatku tidak bisa pulang.
Aku semakin kuat, percayalah.
Setidaknya,
Aku berusaha untuk semakin kuat.