Blinking Hello Kitty Angel Jurnal Bunga Matahari: Agustus 2021

Minggu, 15 Agustus 2021

Kecewa.

Kamu gak bisa buat semua orang selalu bahagia.
Sesekali mengecewakan mereka mungkin gapapa kalau memang kamu gak bisa.
Toh, orang lain juga pasti pernah mengecewakanmu, kan?

pundak.

Pundak perempuan itu terasa berat
Dia ingin menangis tapi malu pada Tuhannya
Malu karena yang Ia tangisi masalah dunia

Ia biarkan gemuruh dalam hati
Kalau pikiran buruk itu berupa makhluk, ingin rasanya Ia tendang jauh-jauh agar pergi

Ia membisikkan dalam dirinya sendiri,
"Keadaanmu bukan apa-apa. Masih banyak yang lebih menyedihkan keadaannya. Keadaanmu bukan apa-apa. Kamu yang lemah. Kamu yang membuatnya menjadi drama. Keadaanmu bukan apa-apa.
Keadaanmu bukan apa-apa."


Sampai juga ia melirihkan kata,
"Oh, mungkin seperti ini rasanya nanti. Ini alasan Tuhan belum memberi."

Sabtu, 14 Agustus 2021

Mulut.

Lagi buka media sosial dan ada perempuan cerita kalau dia pernah dibilang jelek sama temen cowoknya, dibandingin sama temen temen ceweknya yang lain. Yang cantik-cantik. Empat tahun lalu. Sampai sekarang dia masih merasakan efeknya. Dia takut ketemu cowok. Dia merasa orang lain bohong atau becanda kalau muji dia.

Beberapa orang mungkin menganggap mbaknya berlebihan.

Jangankan kejadian empat tahun lalu. Yang dibilang jelek sama temen cowok pas SD aja sampai sekarang masih inget ni. 

Di ruang kelas. Berhubung lagi ada acara ramadan, kelas penuh karena murid-muridnya digabung.
Manusia satu ini lagi ngambil kursi, taro' kursi di deket temennya, suasana hampir sepi karena acara mau dimulai..
"AFIFAH, JELEK AMAT SIH."

Rasanya?
Ya bayangin aja. 
Afifah kecil sih cuma bisa diam dan gak balas apa-apa. 

Itu hampir belasan tahun yang lalu,
tapi kalau diinget masih berasa malu.

And until now I can't take any compliment as a real compliment. 





Manusia itu lagi apa ya, sekarang? 
Hidupnya pasti bahagia.
Kalau udah jadi orang tua, jangan lupa ajarin anaknya untuk jaga mulut, ya. 

Kamu.

Sudah, jangan salahkan dirimu yang dulu lagi.
Kasihan dia.
Dia mungkin sudah meminta maaf ribuan kali karena kebodohannya.
Tapi penyesalan membuatmu tidak mendengarkannya. 

Kamu hidup di hari ini. 
Lakukan apa yang bisa kamu lakukan segera.
Pikirkan apa yang masih bisa diperbaiki.
Janji kepada dirimu sendiri untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. 
Buat rencana dan berdoa untuk esok supaya kamu bisa jadi lebih baik lagi.
Kamu masih muda. 
Masih punya kesempatan yang sama dengan mereka di luar sana.

Sudah, maafkan dirimu yang dulu.
Usap kepalanya, peluk dia dan jangan biarkan menangis lagi.
Jangan lupa berterima kasih karena sudah berjuang hingga saat ini.

Sebelum Tidur.

Ada beberapa hal yang ingin aku tulis sebelum tidur, setelah seharian tadi sedihku kambuh lagi. 
1. Satu-satunya jalan untuk tenang adalah kembali kepada Yang Menciptakanmu.
Bukan omong kosong jika seseorang berkata,
"Perbaiki solatmu maka Allah perbaiki hidupmu."
Itu 100% benar. 
Bagaimanapun kondisimu.
Habis menangis. Berantakkan. Rumahmu berantakkan. Hatimu juga. Pikiranmu apalagi. Dirimu belum sempat kau urus. Apalagi orang lain. 
Tinggalkan semuanya.
Ambil wudu. Solat. Berdzikir. Menangis. Baca Alquran yang entah kapan terakhir kali kamu sentuh.  

2. Jangan terlalu sering membuka media sosial.
Di sana, kamu dengan mudahnya membandingkan dirimu dengan orang lain.
"Umurku dan umurnya sama tetapi kenapa pencapaiannya beda?"
"Kok dia bisa seperti ini aku tidak."
"Kok dia sudah bisa punya ini itu, sementara aku ingin seperti ini itu saja tidak bisa."
Terus. Teruskan saja kalau kamu ingin menyakiti dirimu sendiri. Dan pelan-pelan tidak mensyukuri apa yang sudah Tuhan beri. 

Media sosial juga adalah salah satu alasan kamu merasa kelelahan
Kamu terlalu banyak menerima informasi
Yang seharusnya tidak perlu kamu tahu, tidak perlu kamu cari

Berapa banyak gambar dan video yang kamu lihat,
tapi kamu tidak mendapatkan apa-apa dari sana? 
Ilmu tidak, iman apalagi

Percayalah, 
salah satu aspek pekerjaanku adalah melihat tren di media sosial dan itu membuatku merasa harus selalu membukanya.
Namun ternyata, lama-kelamaan aku merasa efeknya membuatku tidak baik-baik saja. 

Jangan follow mereka yang hanya menimbulkan penyakit hati. 
Yang membuatmu kesal, 
membuatmu membandingkan diri dengan mereka,
membuatmu merasa lebih baik dari mereka,
atau membuatmu tidak menyadari kamu nyinyir,
atau bahkan membuatmu iri.
Tidak ada jasad yang selamat dari hasad, ingat?

Follow mereka yang memberimu manfaat
dunia akhirat.
Yang membuatmu ingat dosa diri sendiri
yang membuatmu ingat mati
yang membuatmu ingat untuk tidak terlalu mencintai apapun di dunia ini
yang membuatmu ingin selalu melakukan kebaikan
yang membuatmu belum ada apa-apanya dalam perkara agama
yang membuatmu menangis dan semakin yakin Allah sangat sayang pada hamba-Nya
atau postingan pengingat yang membuatmu merasa tersindir, itu lebih baik.

3.....
Apa lagi, ya?
Kebiasaan.
Padahal rasanya tadi kepalaku penuh.  Tapi aku lupa karena tidak langsung ku tulis. 


Ya sudah, kapan-kapan lagi, ya. 

Oh iya.
Cuma ingin bilang, 
Tidak apa-apa jika seharian kamu merasa berantakkan

Seharian tadi aku sedih,
tapi setelah itu aku merasa lebih baik, lebih bersemangat dan ingin melakukan semuanya dengan lebih teratur.

Jadi, tidak apa-apa, ya.
Yang penting usahakan untuk selalu beribadah dengan benar dan baik. Seberantakkan apapun suasana hati dan harimu.
Allah tau. 

Overtime

Kadang aku merasa kagum dengan orang-orang yang super totalitas di dalam pekerjaannya. 
Lembur. Sabtu-minggu tetap kerja.
Kelihatannya keren, gitu.
Dan seringkali jadinya merasa bersalah karena sabtu-minggu hanya dihabiskan untuk waktu pribadi aja. 

Tapi di satu sisi kadang juga merasa "memang seperti ini seharusnya."

Hidup rasanya sayang kalau hanya dihabiskan di depan laptop yang menyala. 
Dan kayaknya, bukan kapasitasku untuk terus menerus bekerja. 

Aku butuh waktu sendiri. 
Aku butuh waktu baca buku. 
Aku butuh waktu beribadah tanpa diganggu pikiran-pikiran duniawi. 
Aku butuh waktu hiburan meskipun sekadar buka media sosial. 
Aku butuh waktu untuk memastikan rumahku rapih dan bersih. 
Aku butuh waktu untuk memastikan adik-adikku dapat perhatian. 
Aku butuh waktu untuk sekadar merebahkan badan dengan tenang. 

Masalah pekerjaan, Senin sampai Jumat rasanya cukup. 
Bukan berarti aku akan menolak mentah-mentah hal-hal terkait pekerjaan di luar jamnya. 
Hanya saja akan lebih aku pertimbangkan. 
Jika memang sangat mendesak, akan ku kerjakan. Namun kalau masih bisa dilakukan di hari kerja, kenapa tidak. 



Jumat, 13 Agustus 2021

Beda Pikiran.

Aku sibuk berdamai dengan diri sendiri.

Dan orang lain sibuk dengan pertanyaan 
"nikah kapan?"
"sama ini aja"
"sini CVnya"

Ingin berkata kasar tapi takut dosa.

Kamis, 12 Agustus 2021

Simpati (?)

Hanya dengan memerhatikan saja, aku bisa tau kalau napas seseorang tidak baik baik saja. 
Hal itu karena aku mengidap asma. Dari kecil. Syukurlah beberapa tahun ini tidak kambuh lagi. 
Namun, dalam beberapa kondisi mungkin saja dia kembali.

Dan hanya dengan memerhatikan saja, aku juga bisa memahami suasana hati seseorang sedang tidak baik baik saja. 
Kalau ini, kalian pasti sudah tau alasannya apa. 

Rabu, 11 Agustus 2021

Soal Waktu.

Tidak ada manusia yang abadi di hidupmu.
Semua hanya soal waktu.
Mereka menghilang seperti asap, tanpa abu.
Termasuk kamu. 

Teman.

Semoga kalian gak akan pernah merasakan rasanya ketika lagi senang, sedih, kalut, bingung, marah 
Dan satu satunya yang ada di pikiran adalah untuk menceritakan semuanya ke orang yang kamu percaya dia akan membuat kamu tenang dan gak keberatan dengan semua cerita kamu tapi..

gak bisa. 

Selasa, 10 Agustus 2021

Siapa yang Minta Kamu Sempurna?

Tadi malam baca tulisan yang kurang lebih seperti ini artinya,

"Allah gak meminta kamu untuk jadi sempurna.
Allah cuma meminta kamu untuk berproses.
Allah tau seperti apa yang dia ciptakan."

Dan itu rasanya kayak...

Coba bayangin seseorang ngomong seperti ini ketika kamu dalam kondisi terburukmu,
"Aku gak minta dan berharap kamu jadi sempurna. Aku tau kamu gimana. Yang penting kamu selalu mau berusaha untuk jadi lebih baik. Itu cukup."

Rasanya lebih lebih lebih lebih lebih dari itu.

Senin, 09 Agustus 2021

Diri Sendiri.

Inget postinganku yang bilang berharap blog ini bisa bermanfaat? 


ternyata kayaknya blog ini lebih bermanfaat buat diriku sendiri. 
Biar agar supaya tidak kehilangan kewarasan. 
Nanti nanti aja ya bermanfaat buat orang lainnya. Kalau sudah benar sepenuhnya. 

Jadi kamu yang terlanjur tau blog ini. Shooh, sana pergi jangan baca baca lagi.

Berharap.

Berharap apa, sih?

Sabtu, 07 Agustus 2021

Apa?

Kamu terdiam di atas kasur. Merebahkan diri. Bertanya tanya kenapa semua ini terjadi. Ada apa dengan dirimu. Mengapa dirimu harus merasakan semua ini. Apa semua orang juga merasakan hal yang sama ketika memasuki usia 20-an.
Atau ini bukan karena usiamu tapi memang begitu saja terjadi. Jika begitu, kamu bertanya-tanya lagi, kapan selesainya? 

Kamu mudah sekali menangis. Hal kecil menyebalkan bisa membuat suasana hatimu berubah drastis. 
Terkadang rasanya kamu ingin banyak makan, tapi kamu juga tidak ingin bertambah berat badan.  

Kamu punya segudang keinginan, setumpuk impian. Tapi sekadar untuk merapihkan dirimu sendiri, kamu tidak punya motivasi.

Kalau dibilang lelah, iya, kamu lelah.
Tapi masa setiap hari?
Pekerjaan sederhana bisa membuatmu sangat lelah rasanya. Ini tidak biasa.
Kalau dibilang malas, kamu mengenali dirimu. Rasa malas bukan seperti ini. Rasa malas lebih mudah dilawan dari pada ini. 

Kamu menyusun apa yang harus dilakukan setiap hari. Tapi setiap hari juga kamu tak punya keinginan untuk melakukannya. 

Kamu bosan dengan rutinitas sehari-hari. Ingin sekali merubah diri. Tapi sekali lagi, kamu bisa dalam sekejap kehilangan keinginan untuk melakukannya.

Kamu ingin punya teman bercerita setiap hari. 
Setelah pulang bekerja, sebelum menutup mata.
Tapi keberadaan orang lain kadang mengganggumu juga. Bersosialisasi bagimu sangat menguras energi. Jadi, bagaimana? 
Terkadang kamu merasa hanya butuh ada seseorang. Cukup, tanpa harus melakukan atau berbincang dengan mereka. Kaku hanya butuh diperhatikan. Tapi kamu juga merasa risih dengan perhatian berlebihan. Lalu, bagaimana?

Kamu bingung. Bertanya tanya pada Tuhan. Apa yang terjadi, gerangan?
Bertanya-tanya apa kamu hanyalah manusia yang kurang bersyukur dan terlalu banyak menimbun dosa sehingga ini semua balasannya? 

Kamu belum mengerti dirimu. 
Butuh bantuan atau tidak pun, kamu tidak tahu. 
Kamu hanya ingin Tuhan tau (ya, pasti Tuhan tau) bahwa setiap hari, manusianya sedang berusaha. 
Dan berharap Ia memakluminya. 

Kesal.

Udahlah, fah. Kamu emang gak disetting untuk bisa kesel sama orang lama-lama. 

Kamu yang kesel, kamu yang marah, kamu juga yang overthinking,
kamu juga yang nangis.  

Ingat aturan "ketika semua orang boleh menyebalkan dan kamu tidak boleh kesal."

Kamis, 05 Agustus 2021

Sini Ibu Temani.

Malam ini mbrebes mili karena nonton video pendek tentang anak-anak yang ditanya,

"Kamu seneng kalau ngapain?"
dan mostly mereka menjawab "main sama ibu"

Dan anak terakhir bilang
"Main sama bapak sama ibu kalau bisa, tapi gak bisa ya, yaudah gapapa."


dan aku tau ini mungkin masih kejauhan tapi,

buat anak ibuk yang sekarang entah masih dimana, ibuk janji bakal luangin banyak waktu main deh sama kamu. 
Ayah juga harus mau ngeluangin waktu buat kamu. 
Awas aja kalau dia gak mau.
Masak sama nyuci baju sendiri sana.

Sehat.

Belakangan ini beberapa orang mulai jeli,

"Afifah sakit, ya?"
"Kak Afifah sakit, kan. Gak usah maksain."
"Afifah kenapa? Gak ilang penciuman, kan?"

Tenang aja. Fisiknya sehat, kok. 

Rabu, 04 Agustus 2021

Tidur.

Emang harusnya jam 21:00 itu Afifah Nur Fariha udah tidur gitu, lho. Soalnya kalau nggak, pikirannya traveling. Sampai capek. 

Minggu, 01 Agustus 2021

Perasaan dan pikiran.

Sore tadi pikiran dan perasaanku berantem lagi. 

"Sudah melakukan kebodohan yang sama berapa kali?" kata pikiran. 

"Berkali-kali." kata perasaan. Dia mengakui kebodohannya ternyata. 

"Setelah ini mau diulang lagi?" pikiran masih berusaha membuat perasaan sadar. 

"Aku tidak mau sebenarnya. Aku mau berjanji. Tapi aku takut tanpa sadar mengulanginya lagi."
perasaan tau kesalahannya, tapi apa daya, dia masih perasaan miliki manusia biasa. Bahkan, dia cuma sebuah perasaan. 

"Ya udah, gapapa. Kita coba lagi kali ini." untung saja perasaan yang sudah lebih dewasa bisa memahaminya.