Blinking Hello Kitty Angel Jurnal Bunga Matahari: Juni 2020

Selasa, 30 Juni 2020

rahasiamu.

"Jangan sedih," katamu kepada orang-orang yang kehilangan,
yang putus asa,
dan terluka.

Namun kemudian di sisi ruangan yang gelap itu,
kamu berderai air mata.

Aku curiga,
Apa kamu mencuri air mata-air mata mereka dan menggantinya dengan bahagia yang kamu punya?

Hingga yang tersisa padamu adalah air mata,
dan kamu perlu sesekali untuk meluapkannya.

Setelahnya kamu mengusap bersih wajahmu dan mengembalikan senyum seperti tidak terjadi apa-apa.

Sini, 
tidak usah berbohong lagi.
Tidak usah mengorbankan diri.

Bagi sedihmu kepadaku, 
dan ini, ambil setengah bahagiaku. 

Adil dalam merasa membuat kita menjadi manusia seutuhnya. 

Senin, 29 Juni 2020

Tidak Apa-Apa Jika Tidak Jadi Pahlawan

Tadinya ku pikir,
aku yang tidak bisa memahami orang lain.

Ternyata,
kita memang tidak pernah bisa sepenuhnya mengerti manusia.

Bahkan terkadang diri sendiri juga. 

Kita ini makhluk yang mudah sekali berubah-ubah hati dan pikirannya. 

Belum lagi,
di antara kita ada yang mudah lupa. 

Lalu, harus bagaimana? 

Ya sudah,
berusaha mengerti semampu diri.

Jangan terlalu ambil pusing dengan yang terjadi. 
Jangan biarkan pikiran dan perasaan buruk menguasai.
Jangan biarkan rasa takut dihakimi orang lain menghantui. 
Apalagi membiarkan amarah yang tak terkendali.

Menjadi dewasa bukan berarti kamu harus bisa menanggung semua masalah hingga  terselesaikan. 
Menjadi dewasa bukan berarti kamu harus selalu jadi pahlawan. 
Memilih diam juga bukan sebuah kesalahan. 

Toh, pada dasarnya, memang hanya Allah Yang Maha Mengendalikan seluruh hati manusia, kan?

30 Juni 2020

Sabtu, 27 Juni 2020

Jangan pernah.

Aku hanya mencoba memperingatkan.

Jangan pernah coba-coba untuk jatuh cinta.
Kagum pun tak perlu.
Ada alasan mengapa Allah menyuruh kita menjaga pandangan dari apa-apa yang diharamkan. 
Karena tanpa memandang pun hati bisa jatuh pada siapa saja.

Jangan pernah.
Kecuali kamu sudah menemukan jalan keluar yang sesuai syariat-Nya.

Aku tidak menakuti, 
hanya saja kamu akan tersiksa, pasti.
Terombang-ambing antara memenuhi rasa atau menaati-Nya.

Jadi, daripada harus mengalami, bukankah lebih baik rapat-rapat menutup hati? 

Pikirkan itu baik-baik. 

Rabu, 24 Juni 2020

ada yang aneh.

Jika langkah awal dimulai dengan salah.
Perjalanannya pun tak tentu arah.

Boleh menyerah?
Kembali ke titik awal lalu semuanya diubah.


Jumat, 19 Juni 2020

Pada Pusaramu

Bu, aku terdiam di depan pusaramu. Hadir juga kenangan delapan tahun lalu saat ayah mengetuk pintu kamar dengan terburu-buru 
dan aku yang belum sadar sepenuhnya dari tidur melihatmu terbujur kaku.

Runtuh duniaku
Berhenti sudah waktu
Satu-satunya yang terlintas di pikiran adalah apakah aku bisa bertahan tanpamu

Apalagi adik paling kecil belum sepenuhnya paham dengan apa yang terjadi. Dia hanya akan mencari dan berharap engkau datang lagi. Padahal merajuk bagaimanapun ragamu tidak akan kembali.

Namun,
sekarang aku malah bertanya-tanya.
Mengapa saat itu aku bisa-bisanya lupa,
bahwa ada Tuhan yang Maha Menjaga
dan Dia tahu segalanya. 

Ternyata kepergianmu tidak hanya meninggalkan luka, tapi juga kekuatan yang luar biasa. 

.....

Bu, izinkan aku bercerita. 

Anak bungsumu baru saja menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya. Dia akan masuk ke asrama sebuah sekolah agama. Hebat, ya? Dia anak pertama yang akan merasakan tinggal jauh dari keluarga dalam waktu lama.
Dulu, sepertinya ayah menginginkanku melanjutkan ke sekolah seperti itu juga, kan? tapi aku yang mudah sakit membuatmu tidak rela. 


Kemudian, 
Anak ketigamu yang dulu selalu mencari perhatian dengan tingkah yang ada ada saja, sudah lulus sekolah kejuruan jurusan tataboga. 
Meskipun masih bimbang ingin kemana, ada beberapa pilihan yang akan dia coba. 
Dia laki-laki hebat. Untuk seseorang yang baru belajar, masakannya cukup lezat. 

Lalu,
anak sulungmu, dia sudah berbahagia dengan laki-laki yang dicintainya. 
Perempuan yang tangguh itu, saat ini sedang mengandung anak pertama. 
Anaknya pasti setangguh ibunya. 

Bu, 
apa kau bertanya-tanya bagaimana dengan sang anak kedua? 

Hmm.

Sepertinya dia sedang dalam masa peralihannya. Penuh impian yang dibalut kecemasan. Masih berusaha keras melawan hal-hal buruk yang menyelimuti perasaan dan pikirannya.
Tapi percayalah, dia bersyukur dan bahagia. 

....


Bu, pada sisi pusaramu aku berlutut.
Terimakasih telah membantuku melawan semua rasa takut,
juga teladan baik yang tidak pernah luput.
Hingga saat ini keberanian dan hal-hal baik itu masih aku rajut.
Untaian doamu pun satu persatu terwujud.  

Terimakasih sudah menjadi wanita yang berusaha untuk bisa segalanya.
Saat kau masih seusiaku, pasti tidak pernah menyangka hidup akan memberimu banyak kejutan di dalamnya. 

Dan aku yakin,
kalau ibu saja bisa,

aku juga.


Segenggam Perasaan

Ya Tuhan,

Ini, aku kembalikan. 
segenggam perasaan yang ternyata belum siap aku emban.
Hanya segenggam, tetapi riuhnya kadang tidak bisa aku redam.

Rasanya saat itu sudah ku sapu bersih relung hati.
Memastikan tidak ada yang tersisa.
Namun ternyata tertinggal serpihannya.
Kasat mata.
dan sekarang aku kembalikan sepenuhnya.

Jika Engkau berkenan, 
tolong berikan lagi padaku di lain waktu.
Saat aku sudah lebih siap untuk menerima takdirMu.
Ketika semua tidak lagi semu.
Meskipun itu tetap bukan milikku, tapi sepenuhnya milikMu.

Saat ini, tolong jaga perasaan itu agar tidak kembali. 
Aku tidak tahu, bahagia atau duka 'kah yang di ujung jalan itu berdiri.
Kuatkan aku untuk apapun yang nanti terjadi.

Aku tidak akan mempertanyakan apa-apa lagi.
Kau menciptakanku dengan sebuah kekuatan,
dan tidak akan ku sia-siakan. 

Ini semua putusan-Mu, dan aku tidak pernah ragu.


Terimakasih untuk semua hal yang semakin baik setiap harinya.
Untuk semua yang baik-baik saja.
Hanya segenggam perasaan itu yang menyiksa.

Perasaan yang mengganggu

karena itu ku kembalikan ia padaMu. 












Rabu, 03 Juni 2020

Karunia Allah itu tidak selalu berbentuk harta melimpah.
Banyak dari yang lebih dari itu.
Misalnya, hidayah.

Selasa, 02 Juni 2020

lepas.

Seseorang berkata padaku, jangan pernah ragu melepas sesuatu karena Allah.

Mungkin pada awalnya kamu akan diliputi rasa tidak rela,
memunculkan sederet alasan sebagai pembenaran.

Lepas dengan tidak perlahan.
Agar rasa memiliki tidak semakin menjadi.

Kemudian, apa?

Ikhlaskan.

Pada dasarnya manusia memang tidak memiliki apa-apa, kan?
Tidak sesuatu pun.
Tidak ada yang benar-benar dimiliki oleh seorang anak manusia 
meskipun hal itu ada di tangannya. 

Maka, 
belajarlah melepaskan.

Tenang saja, setelah itu kemungkinannya hanya dua.

Dia ganti dengan pahala-Nya
atau 
Dia kembalikan dalam wujud sesuatu yang Dia ridhoi

Jika demikian, apa yang perlu kamu khawatirkan?