Blinking Hello Kitty Angel Jurnal Bunga Matahari: Mei 2021

Minggu, 30 Mei 2021

little reminder.

Ternyata sesuatu yang dianggap "kekurangan" itu bisa jadi bukan kekurangan.

Akhir-akhir ini rasanya (kembali) berantakan lagi. Semuanya.
Tidur gak teratur.
Makan gak dijaga.
Olahraga jarang. Banget.
Pikiran dipaksa terus buat mikir dari hal-hal penting sampai yang gak penting. 
Stres dipelihara.

Dan di'ingatkan' dengan munculnya jerawat-jerawat kecil di jidat yang udah lama gak muncul.

Yes, my skin is oily-acne prone.
Kalau orang bilang "Enak tau punya kulit berminyak. Jadi lembab terus. Biar gak gampang jerawatan, bersihin mukanya yang bener aja."

Um, no no no. 
Aku udah belajar kalau "cuci muka yang bener aja" itu gak cukup.
"Cuci muka yang bener aja" itu bakal sia-sia kalau,
kamu makannya tetep sembarangan. 
kebanyakan mengonsumsi makanan tinggi gula, minyak, garam, sementara sayur sama buah dilupain.
kamu melihara monster namanya stres.
kamu gak pernah olahraga.
pola tidurmu berantakan yang akhirnya memicu stres juga. 

Dulu sebelum paham sama diri sendiri, sih, heboh dan stres banget tiap jerawat muncul.
Padahal yo stres malah menambah kemungkinan tambah banyak jerawatnya. Hadeh.

Kalau sekarang muncul jerawat,
malah ngajak ngobrol diri sendiri.
"Kamu kenapa?"
"Akhir-akhir ini tidurnya malam terus, ya."
"Kemarin-kemarin makan sayur dan buahnya jarang, malah kayaknya kebanyakan makan nasi, roti, tepung-tepungan, ya?"*
"Jangan stres dong, nanti kulitnya sakit lagi."
"Duh, olahraga lagi yuk. Tiap hari jalan kaki min. 15 menit lagi ya, pulang kerja."

Alhamdulillah.
Allah baik banget ngasih reminder kecil supaya manusia ini gak terus menerus gak sadar kalau pola hidupnya gak teratur.

Makasih ya, tubuh. 
Makasih ya, aku. 
Udah diingetin.
Gapapa, jerawatan mah gak dosa.
Bisa hilang juga.
Kita perbaiki pola hidup dari awal bareng-bareng lagi, ya. 

Love u, 
wkwkwkwk. 




*Aku tahu efek makanan akan berbeda beda di setiap orang.
Kalau berdasarkan 'pengamatan sederhana' ke diriku sendiri, aku menyadari kalau ternyata makanan tinggi gula, tepung-tepungan dan dairy product bikin aku lebih mudah muncul jerawat. 
Yap, makanya aku mengganti nasi jadi karbohidrat yang lain.
Aku gak makan produk olahan susu lagi.
Dan sangat sangat mengurangi makanan dari tepung. Tepung terigu sih, lebih tepatnya. 
Ada yang bilang kacang-kacangan bikin jerawatan. No, itu gak berlaku di aku. Kecuali kacangnya digoreng dengan minyak yang super duper banyak dan asin banget, kemungkinan iya. 

Jadi kalau kamu punya keluhan jerawat juga, bisa mulai perhatiin kira-kira apa pemicu munculnya jerawat kamu. Terus perlahan kurangi atau hilangkan sama sekali. Kalau aku, stres dan makanan. Dan itu bisa berbeda di kamu. Okey?

Selamat menyayangi diri sendiri ❤️

salah.

Ketimbang menaruh hati pada orang yang jelas-jelas tidak bisa kamu miliki,
menaruh hati pada orang yang salah itu lebih menyakitkan.
Hati-hati. 

Aku.

"Aku gak tahu bisa mengharapkan siapa lagi."

"Ya memang tidak ada manusia yang benar-benar bisa kamu harapkan selain dirimu sendiri."

Jumat, 28 Mei 2021

penting?

Apa kamu punya waktu,
untuk sekadar mendengar perasaan seseorang?
Dia butuh kamu,
tapi tidak mau bilang.

Berharap kamu yang menyadari
sinyal-sinyal bahwa dia
tidak baik-baik saja.

Cukup hanya dengan pertanyaan sederhana,
dan keberadaan seseorang disampingnya. 

Aku yakin dia akan membaik, 
tidak butuh waktu lama. 

Tapi saat ini dia takut
perasaannya hanya akan dianggap gurauan semata
atau bahkan dibalas 
dengan tawa. 





Hilang.

Perempuan itu kehilangan dirinya.
Dia menanti bagaimana kelanjutan cerita. 

siapa?

Meminjam lirik lagunya Sal Priadi yang aku ubah akhirnya,


Milyar milyar juta juta
Ratus ratus sekian
Kemungkinan orang di dunia
Kamu dapatnya, siapa?

Kamis, 27 Mei 2021

butuh.

"Aku gak mau terlihat kalau aku membutuhkan orang lain."

Begitu katanya.

Minggu, 23 Mei 2021

beruntung.

Bahagia ya,
dirindukan seseorang? 

Kamu beruntung.

doa.

Doa yang ku lirihkan tanpa keseriusan saja,
Ia kabulkan.

Bisikan dalam hati yang bahkan ku lupa,
Ia kabulkan.

Keinginan sesederhana apapun
tak lama Ia kabulkan.

Maka aku tahu,
semua pinta dan doa akan Ia beri jawaban.

Jawaban terbaik dari Ia yang memang mengetahui segalanya.

Kadang untuk menginginkan sesuatu,
aku takut. 
Tapi karena aku menginginkannya, aku mau berusaha. Dan akan terus merapalnya dalam doa.

Tentang masa depan, aku tidak tahu bagaimana.
Tapi aku yakin sesungguhnya
jawaban dari doa-doaku sudah ada di depan mata.
Hanya terhalang sebuah tabir rahasia.

Entah, 
Akankah Ia perlihatkan satu persatu kepadaku
atau sekaligus dalam satu waktu.

Aku tidak tahu
Yang aku tahu, 
aku akan terus berprasangka baik pada-Nya.
Bahwa sesuatu yang indah menungguku disana.
Bahwa aku hanya perlu sedikit berusaha.

Bahwa tidak ada yang sia-sia.

Aku tidak sabar hidupku akan menjadi lebih berwarna. 
Tidak, aku yakin tidak akan hanya ada pelangi.
Tapi mungkin hujan badai juga sesekali.
Tapi tidak apa-apa.


aku bersama-Nya.

Sabtu, 22 Mei 2021

menulis.

Pernah gak, kamu uring-uringan cuma karena rasanya ingin berbicara dengan orang lain,

tapi tidak ada siapa-siapa di sekitarmu.

Aku sering.

Kalau di kantor, ada teman di kanan dan kiri. Setidaknya ada yang menanggapi.

Tapi sampai di rumah,
bingung.
Tidak ada siapa-siapa.
Mau bicara pada siapa.
Sedangkan setelah seharian lelah bekerja rasanya hanya ingin menumpahkan semuanya lalu didengarkan dan sesekali ditanggapi.

Mau menghubungi siapa saja,
tapi aku takut mengganggu.

Biasanya setelah bercerita, malah rasa bersalah yang menghantui.

Tapi akhirnya aku punya cara
yang mungkin kamu juga bisa mencobanya.

Tulis saja semuanya.
Semua yang mau kamu ceritakan seandainya ada yang mendengarkan. 
Seperti yang saat ini sedang ku lakukan. 

Tulis saja.
Kalau aku, memilih menuliskannya di blog.
Aku suka menulis langsung, 
tapi kadang karena sudah lelah, aku malah tertidur. 
Bisa saja menulis di hp, tapi aku takut  terjadi apa-apa dan tulisanku hilang semua. Begitu. 

Coba kamu tulis saja.
Hal-hal sederhana.
Tidak perlu memikirkan apakah ada atau tidak yang membacanya.
Tidak perlu juga memikirkan kira-kira apa yang akan orang pikirkan tentangmu melalui tulisanmu.
Setidaknya pikiranmu tidak terus menerus menahan apa yang seharusnya dikeluarkan. 
Ya, kan?


Selamat menulis.

Sepertinya aku, kamu dan siapa pun harus menanamkan dalam hati.

Bahwa kita hidup bukan untuk memenuhi setiap ekspektasi orang lain.
Membahagiakan mereka.
Menjadi seseorang yang mereka kira.

Dan 

Tidak ada pentingnya memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang kita.

Pergi

Untukmu yang sedang merasa "seperti ada yang hilang."
Tetapi kamu tak tahu apa. 

Coba pahami. 
'Hilang' itu,
kalau sesuatu awalnya kau miliki, 
lalu sekarang kamu tidak tahu harus kemana mencari. 

Kalau memang dari awal sesuatu itu bukan milikmu. 
Itu bukan hilang. 
Tapi mungkin lebih tepatnya, pergi. 
Ada yang pergi dari dirimu. 

Tidak apa-apa. 
Semua yang pergi akan kembali.
Jika memang Dia berkata,
"Sudah waktunya."  


Menggantung.

Untukmu yang terombang-ambing keadaan. 

Mungkin sekarang, semua masih terlihat aneh. 
Kamu tidak tau semua kebingungan ini berakhir di mana
dan kapan.
Yang bisa kamu lakukan 
hanya berusaha.

Rasanya memang lebih nyaman
untuk meringkuk di kasur seharian.
Melupakan kenyataan
Bahwa tidak ada satu hal pun yang ingin kamu lakukan. 
Kamu kehilangan.
Dirimu sendiri. 

Kamu tidak tau secara spesifik apa yang dirasakan
sedih
bingung
takut
khawatir
cemas
terganggu
semuanya buruk.

Kamu butuh bantuan 
tapi tidak tahu harus kemana.
Kamu butuh teman
padahal mereka ada. 
Banyak,
tapi kamu tetap merasa sendirian.

Hal kecil bisa sangat mengganggu.
Menyebalkan bagimu.
Padahal kamu tau sebenarnya dipikirkan pun tak perlu. 

Hal kecil bisa membuatmu menangis
karena memang itu yang kau tahan selama ini.

Kamu tidak tahu apa yang terjadi.

Tidak apa-apa. 

Kamu tidak sendiri. 


Minggu, 16 Mei 2021

Bukan menyerah.

Mungkin kamu sudah berkali-kali merapal doa supaya bisa lekas melupakan.
Supaya lekas dijauhkan.
Supaya lekas dihilangkan.

Tapi sepertinya, 
doa itu belum dikabulkan.
Malah sepertinya diganti dengan sebuah keyakinan dan kepercayaan. 

Kamu tidak tahu harus bagaimana. 
Dan pada Tuhan kamu serahkan segalanya.

Kamu tidak mau memburu-buru waktu. 
Kamu tidak mau memaksa dirimu. 
Kamu tidak mau berharap pada apapun atau siapapun itu. 

Tidak apa-apa. 
Keputusanmu sudah luar biasa. 

Kamis, 13 Mei 2021

Selasa, 11 Mei 2021

Perkara Kekhawatiran.

Disclaimer: 

Aku nggak menulis ini untuk dikasihani atau mendapat simpati. No, and big no. Masih banyak orang yang mengalami hal yang lebih rumit dan berat. Seperti yang pernah aku jelaskan di tulisan sebelumnya, aku cuma berharap tulisan ini bisa "menemani" mereka yang merasakan hal sama. 

Karena, aku suka ketika sedang merasa buruk, aku menemukan tulisan-tulisan orang yang mengalami hal yang sama. And yes, they still shining. Kayak, "Hei! Dia mengalami ini juga dan bisa melaluinya, kok" atau sesederhana merasa lega karena aku gak sendirian. 

                                                                        ***

Kira-kira sejak setahun yang lalu, ada yang aneh dengan diriku, tapi sepertinya aku baru menyadari setelah beberapa kali mengalami. 

Diawali dari aku yang selalu merasa kelelahan untuk hal-hal sederhana. Setiap melakukan hal-hal sepele kayak nyuci piring, beresin rumah, aku merasa harus merebahkan diri sebentar di kasur atau sofa. 

Lanjut dengan suasana hatiku sangat amat mudah berubah. Beberapa menit sebelumnya aku masih ketawa-ketawa, tiba-tiba aku bisa...sedih. Gak tau kenapa. 

Aku sering banget menghubungi teman-teman dan cuma bilang "Aku sedih/aku lagi gak jelas :(" "Kenapa?" "Gak tau:(" kayak gitu. 

Perbedaannya juga sangat terasa ketika aku pulang dari kantor. Di kantor aku merasa seneneg-seneng aja. Ketawa, bercanda, semuanya baik-baik aja. 

Tapi ketika pulang ke rumah. Aku bisa tiba-tiba sedih, kayak..hampa(?), kehilangan keinginan untuk melakukan apa-apa, mengkhwatirkan macam-macam. Bahkan gak jarang tiba-tiba aku..nangis. Beneran gak jelas. Padahal di kantor aku udah bikin daftar hal yang harus dilakukan. 

Tapi pagi harinya, aku bingung tadi malam nangis karena apa. 

Dilanjut dengan aku yang bisa sama sekali gak mau ngelakuin apa-apa. Se-ha-ri-an. Iya, seharian. Ini sering banget terjadi di hari libur, sabtu dan minggu. Yang dirasain apa? lemes, bingung, dan sedih. Pernah sampai nangis? o tenang saja, sering. 

Padahal aku seratus persen pingin banget bisa bangun dan melakukan semua hal yang udah aku rencanain. Aku cuma bergerak untuk kegiatan pribadi kayak mandi, solat, makan (itu pun ketika perutku udah mulai keroncongan), dan hal-hal yang memang HARUS dilakukan. 

Di sabtu dan minggu itujuga  ada kegiatan pertemuan rutin melalui video call dan Zoom. Dan ya, aku cuma memaksa diri untuk menghadiri itu dan seringkali skip karena benar-benar nggak kuat dan sangat amat nggak pingin ketemu siapa-siapa. 

Aku tau, bakal ada yang ngomong seperti ini: 

Halah, itu mah cuma males namanya.  

Aku pikir awalnya juga gitu.  Tapi, setelah aku nggak melakukan apa-apa aku selalu merasa bersalah banget. Aku benci diriku sendiri.  

Lemes, bingung, sedih, nyesel, dan merasa bersalah. Sip, lengkap. Abis itu? paling nangis, lagi. 

Jadi bisa dibilang penampakanku di minggu sore selalu benar-benar seperti zombie. 

Karena itu aku lebih suka kalau hari kerja. Pergi ke kantor, karena seenggaknya kesibukan bikin aku nggak merasakan hal-hal aneh itu. But still, aku tetep jadi lebih sensitif. Ada hari-hari di mana bawaannya pingin nangis aja. 

Aku jadi lebih panik. Ada sesuatu yang dadakan, berubah dari jadwal, gak sesuai dengan yang sudah ku atur, aku bakal frustasi. Ya marah, ya kesal, ya sedih, ya bingung. 

Aku lebih sering mengkhawatirkan sesuatu yang belum pasti akan benar-benar terjadi. Sampai-sampai aku pernah berpikir ketika masakanku gagal, aku mikir "Gimana kalau nanti punya mertua yang sebel sama aku gara-gara aku gak bisa masak?"

Dan yang lebih sering muncul adalah, 

"Masih sendiri aja aku sering kesulitan manage waktu antara rumah dan kerjaan, gimana kalau nanti aku nikah?"

Andai aku bisa ngomong sama aku di waktu itu, aku bakal ngomong:

HEI KAPAN ANDA MENIKAH DAN MERTUA ANDA SIAPA AJA BELUM JELAS SIAPA NGAPAIN PAKE MIKIR KAYAK GITU SEGALA? 

YANG PENTING KAMU UDAH USAHA, KAMU JUGA MAU DAN LAGI BELAJAR, 

KECUALI KAMU CUMA SANTAI-SANTAI, BERKHAYAL SUPAYA NANTI PUNYA LEBIH DARI SATU ASISTEN PRIBADI DAN HIDUP SEPERTI PUTRI, BARU KAMU KHAWATIR. 

Gitu. 

Tapi karena aku merasa perasaan-perasaan itu lama-lama mengganggu, aku mulai mencari bantuan. 

No. Aku gak mau self-diagnose ini itu. Karena, self diagnose itu menurutku kayak kamu ngasih sugesti ke diri kamu sendiri tentang sesuatu yang sebenarnya gak kamu alami, gitu, lho. Jangan ya, plis, jangan. 

Aku coba menghubungi layanan dari salah satu instansi kesehatan jiwa milik pemerintah dan disuruh melakukan tes skrining kesehatan jiwa yang mereka sediakan. 

Hasilnya? 

Untuk beberapa tes, hasilnya harus ke psikiater. 

Awalnya aku mikir, "Ini semua hasilnya menyarankan harus ke psikiater kali, ya? Gak ada bedanya."

(mohon maaf ya bapak ibu atas ke-sok-tahuan manusia ini, marahin aja marahin)

Sampai akhirnya di tes gangguan kecanduan game online, hasilnya beda. Aku dinyatakan bebas dari kecanduan. Ya iya, jelas. 

Jadi, hasil beberapa tes yang awal tadi..bener gitu?

Akhirnya cerita ke mbak dan dia menyarankan untuk langsung konsultasi ke psikolog supaya dapat jawaban pastinya. 

Alhamdulillah, salah satu orang tua adek kelas ada yang psikolog, jadi aku langsung hubungi beliau dan sambutannya sangat baik sekali. 

Di hari H konsultasi, setelah menjalani beberapa tes, aku cerita semuanya yang aku rasain. Aku tau aku bawel banget saat itu.

Dan hasilnya?

Beliau bilang ada beberapa kemungkinan kenapa aku merasakan hal-hal seperti itu:

1. Aku "kaget" dengan perubahan yang terjadi di sekitarku dan belum sepenuhnya beradaptasi. Dan, semua yang terjadi itu, ternyata "kapasitasnya" melebihi "energi" yang aku punya dan ya, aku memaksa diri untuk melakukan hal-hal di luar kapasitas energiku. 

Beliau bilang, 

"Kapasitas energi setiap orang itu beda-beda. Saya nggak bilang kamu lemah. Misalnya, kapasitas energi kamu itu 100 tapi, yang kamu paksa untuk lakukan semua itu membutuhkan energi 200. Hasilnya apa? kamu lelah. Dan lelah itu kamu timbun. Untung gak sampai "meledak", kan?"

Aku nggak tahu apa yan beliau maksud "meledak" tapi beliau ngomong itu dengan wajah serius. Takut. 

"Solusinya apa? bikin skala prioritas dan jangan paksa diri kamu kalau sudah merasa lelah. Rumah kotor dikit? gapapa. Kerjaan belum selesai? gapapa. Istirahat dulu. Kompromikan dengan orang-orang di sekitar. "

2. Aku terlalu memaksa diri untuk teratur dan stick to the plan sampai-sampai aku gak bisa menerima sesuatu yang terjadi di luar itu. 

Beliau bilang, 

"Kamu harus selalu siap untuk hal-hal yang terjadi tiba-tiba. Memang wajar karena bagian otak (aku lupa apa namanya, hehe) akan merespon sesuatu pertama kalinya dengan metode defensif atau melindungi diri. Makanya kamu panik. Jadi, biasakan tenang dulu, tarik napas, dan biarkan bagian otak kamu untuk melanjutkan informasi tentang apa yang terjadi dan merespon dengan lebih baik, mencari jalan keluar."

3. It's just Quarter Life Crisis things. 

Ho. Saat itu aku cuma berpikir, "Oh haha, akhirnya aku ngalamin sendiri hal ini? kayak gini ya rasanya?"

Iya. Segala kekhawatiran tentang masa depan, finansial, merasa belum apa-apa, dan membandingkan diri dengan orang lain yang keliatannya udah punya segalanya, ternyata itu beberapa tandanya. 

Dan beliau bilang, 

"Coba terapkan. "Here and now." Pikirkan cukup apa yang ada di depan mata, saat ini, dan apa yang bisa kamu lakukan. Semua kekhawatiran kamu itu sebatas kekhawatiran dan belum pasti terjadi. Kamu bisa kok, menyiapkan masa depan."

Setelah konsultasi dan menerapkan beberapa saran psikolog, aku mulai bisa menata perasaan-perasaan buruk yang muncul. 

Tapi ternyata, ada hal-hal yang terlewat dan gak aku ceritakan. 

Dan itu menjadi masalah baru. 

Lanjut nanti ya, belum solat dhuha.

Titik balik.

"Kak, terima kasih sudah menuliskannya!"

"Aku nangis baca blog kakak"

dan pesan sederhana itu memberikan kehangatan tersendiri untukku. 

                                                                                        ***

Kemarin mau lanjut nulis setelah zuhur tapi malah tidur, hehe. Nah, sambil menunggu skincare-ku menyerap sempurna, mari kita lanjutkan saja. 

Melanjutkan postingan sebelumnya, aku berpikir untuk menjadikan blog ini punya manfaat untuk orang lain juga.

Sesederhana ketika ada orang yang sedang merasa perasaannya nggak baik-baik aja, dan dia buka blog ini entah darimana, dan dia bisa merasakan bahwa dia gak sendirian. 

Karena apa? 

Karena sebuah pesan whatsapp dari adik kelas. Dia menyampaikan dua kalimat yang menjadi pembuka di atas. 

Aku yang saat itu cuma menjadikan blog sebagai "buku coret-coretan" langsung berpikir,

"Hah? ada ya yang sampai berterima kasih untuk sebuah tulisan yang bahkan aku gak meniatkannya untuk apa-apa?"

Aku senang, bersyukur, sekaligus gak nyangka aja gitu. 

Terima kasih adik manis. Semoga tulisan-tulisan sederhana yang aku buat bisa bermanfaat untuk lebih banyak orang, ya. Dan ingat, apapun yang terjadi, kamu gak sendiri.

Senin, 10 Mei 2021

Maaf, ya.

 Hai.

Mungkin. Mungkin, ya. Kalau blog ini punya pembaca setia (meskipun sepertinya tidak). Aku mau minta maaf dulu. 

Maaf, ya, akhir-akhir ini postingannya lebih banyak ngeluhnya. 

Tapi, ya, gimana. 

Meskipun sebenarnya aku pun tahu seharusnya yang "dibagi" itu bahagia-bahagianya aja. 

Karena secara tidak langsung, apa yang dilihat, dibaca, dan didengar oleh seseorang, bisa mempengaruhi suasana hati. Ya, gak semua orang seperti itu, sih. Sebagiannya, termasuk aku, seperti itu. 

Dan aku gak mau menebar yang orang-orang sebut negative vibes untuk mereka yang membaca blog ini. 

Jadi, maaf, ya. 

Seperti yang sudah pernah aku bahas sebelumnya. Blog ini memang tentang aku dan orang-orang yang aku lihat. But mostly, its about me. 

Kalian pasti punya sebuah aktivitas yang biasanya kalian jadikan 'pelampiasan' ketika suasana hati sedang tidak baik-baik saja. Iya, semacam aktivitas yang jadi 'pelarian'. Aktivitas yang bikin hati lega lagi atau setidaknya lupa sejenak dengan hal-hal buruk yang terjadi. 

Nah, blog ini seperti itu. 

Blog ini jadi semacam teman yang gak akan ngeluh ketika aku cerita macam-macam. 

Dan ya, aku nulis ketika bingung mau cerita sama siapa. Karena setelah itu, rasanya lega. Apalagi aku berteman erat dengan yang namanya overthinking dan nulis adalah salah satu bentuk 'pelarian'nya. Kapan-kapan aku bahas lebih lanjut soal ini, ya. 

Aku nulis sesuatu. Aku post. Kemudian aku baca di lain hari. Begitu. 

Tapi (coba hitung berapa kali aku bilang tapi), kemarin aku ingat pesan whatsapp dari seorang adik kelas yang bikin aku berpikir untuk tidak hanya menjadikan blog ini sebatas buku harian(?). 

Udah azan. Bersambung ke postingan selanjutnya, ya. Sek, tak solat dulu.



Rabu, 05 Mei 2021

Memangnya yang bisa sakit hanya fisik?

Selasa, 04 Mei 2021

salah.

Heh, manusia.

Sosok yang menghadirkan perasaan perasaan aneh dalam hatimu itu,
Sosok yang kau harapkan hadirnya itu,
Sosok yang bukan siapa-siapa tapi kau pedulikan itu,
Sosok yang melukiskan senyum pada wajah-mu itu,

adalah milik-Nya.

Lalu bagaimana bisa kau bilang,
kamu menaruh hati pada makhluk-Nya, 
tapi dengan cara membuat-Nya murka?

Minggu, 02 Mei 2021

monster.

Kamu jelek. 
Kamu tidak bisa apa-apa.
Kamu manusia paling berdosa di dunia.
Kamu kehilangan arah.
Hidupmu berantakan.
Semua yang kamu lakukan sia-sia.
Kamu terus menerus gagal.
Sebenarnya tidak ada seorang pun yang mencintaimu.
Orang-orang diam diam tidak menyukaimu.
Mereka berpikir kamu aneh.
Kamu tidak bisa dimengerti.
Sikapmu berlebihan.
Kamu plin-plan.
Kamu buruk.



Itu isi pikiranku.
Kamu, yang saat ini isi pikirannya sama denganku,
tidak apa-apa, hanya butuh waktu untuk pikiran itu pergi sendiri.

Sini, tidak apa-apa.
Semuanya akan baik-baik saja.