Blinking Hello Kitty Angel Jurnal Bunga Matahari: 2021

Minggu, 15 Agustus 2021

Kecewa.

Kamu gak bisa buat semua orang selalu bahagia.
Sesekali mengecewakan mereka mungkin gapapa kalau memang kamu gak bisa.
Toh, orang lain juga pasti pernah mengecewakanmu, kan?

pundak.

Pundak perempuan itu terasa berat
Dia ingin menangis tapi malu pada Tuhannya
Malu karena yang Ia tangisi masalah dunia

Ia biarkan gemuruh dalam hati
Kalau pikiran buruk itu berupa makhluk, ingin rasanya Ia tendang jauh-jauh agar pergi

Ia membisikkan dalam dirinya sendiri,
"Keadaanmu bukan apa-apa. Masih banyak yang lebih menyedihkan keadaannya. Keadaanmu bukan apa-apa. Kamu yang lemah. Kamu yang membuatnya menjadi drama. Keadaanmu bukan apa-apa.
Keadaanmu bukan apa-apa."


Sampai juga ia melirihkan kata,
"Oh, mungkin seperti ini rasanya nanti. Ini alasan Tuhan belum memberi."

Sabtu, 14 Agustus 2021

Mulut.

Lagi buka media sosial dan ada perempuan cerita kalau dia pernah dibilang jelek sama temen cowoknya, dibandingin sama temen temen ceweknya yang lain. Yang cantik-cantik. Empat tahun lalu. Sampai sekarang dia masih merasakan efeknya. Dia takut ketemu cowok. Dia merasa orang lain bohong atau becanda kalau muji dia.

Beberapa orang mungkin menganggap mbaknya berlebihan.

Jangankan kejadian empat tahun lalu. Yang dibilang jelek sama temen cowok pas SD aja sampai sekarang masih inget ni. 

Di ruang kelas. Berhubung lagi ada acara ramadan, kelas penuh karena murid-muridnya digabung.
Manusia satu ini lagi ngambil kursi, taro' kursi di deket temennya, suasana hampir sepi karena acara mau dimulai..
"AFIFAH, JELEK AMAT SIH."

Rasanya?
Ya bayangin aja. 
Afifah kecil sih cuma bisa diam dan gak balas apa-apa. 

Itu hampir belasan tahun yang lalu,
tapi kalau diinget masih berasa malu.

And until now I can't take any compliment as a real compliment. 





Manusia itu lagi apa ya, sekarang? 
Hidupnya pasti bahagia.
Kalau udah jadi orang tua, jangan lupa ajarin anaknya untuk jaga mulut, ya. 

Kamu.

Sudah, jangan salahkan dirimu yang dulu lagi.
Kasihan dia.
Dia mungkin sudah meminta maaf ribuan kali karena kebodohannya.
Tapi penyesalan membuatmu tidak mendengarkannya. 

Kamu hidup di hari ini. 
Lakukan apa yang bisa kamu lakukan segera.
Pikirkan apa yang masih bisa diperbaiki.
Janji kepada dirimu sendiri untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. 
Buat rencana dan berdoa untuk esok supaya kamu bisa jadi lebih baik lagi.
Kamu masih muda. 
Masih punya kesempatan yang sama dengan mereka di luar sana.

Sudah, maafkan dirimu yang dulu.
Usap kepalanya, peluk dia dan jangan biarkan menangis lagi.
Jangan lupa berterima kasih karena sudah berjuang hingga saat ini.

Sebelum Tidur.

Ada beberapa hal yang ingin aku tulis sebelum tidur, setelah seharian tadi sedihku kambuh lagi. 
1. Satu-satunya jalan untuk tenang adalah kembali kepada Yang Menciptakanmu.
Bukan omong kosong jika seseorang berkata,
"Perbaiki solatmu maka Allah perbaiki hidupmu."
Itu 100% benar. 
Bagaimanapun kondisimu.
Habis menangis. Berantakkan. Rumahmu berantakkan. Hatimu juga. Pikiranmu apalagi. Dirimu belum sempat kau urus. Apalagi orang lain. 
Tinggalkan semuanya.
Ambil wudu. Solat. Berdzikir. Menangis. Baca Alquran yang entah kapan terakhir kali kamu sentuh.  

2. Jangan terlalu sering membuka media sosial.
Di sana, kamu dengan mudahnya membandingkan dirimu dengan orang lain.
"Umurku dan umurnya sama tetapi kenapa pencapaiannya beda?"
"Kok dia bisa seperti ini aku tidak."
"Kok dia sudah bisa punya ini itu, sementara aku ingin seperti ini itu saja tidak bisa."
Terus. Teruskan saja kalau kamu ingin menyakiti dirimu sendiri. Dan pelan-pelan tidak mensyukuri apa yang sudah Tuhan beri. 

Media sosial juga adalah salah satu alasan kamu merasa kelelahan
Kamu terlalu banyak menerima informasi
Yang seharusnya tidak perlu kamu tahu, tidak perlu kamu cari

Berapa banyak gambar dan video yang kamu lihat,
tapi kamu tidak mendapatkan apa-apa dari sana? 
Ilmu tidak, iman apalagi

Percayalah, 
salah satu aspek pekerjaanku adalah melihat tren di media sosial dan itu membuatku merasa harus selalu membukanya.
Namun ternyata, lama-kelamaan aku merasa efeknya membuatku tidak baik-baik saja. 

Jangan follow mereka yang hanya menimbulkan penyakit hati. 
Yang membuatmu kesal, 
membuatmu membandingkan diri dengan mereka,
membuatmu merasa lebih baik dari mereka,
atau membuatmu tidak menyadari kamu nyinyir,
atau bahkan membuatmu iri.
Tidak ada jasad yang selamat dari hasad, ingat?

Follow mereka yang memberimu manfaat
dunia akhirat.
Yang membuatmu ingat dosa diri sendiri
yang membuatmu ingat mati
yang membuatmu ingat untuk tidak terlalu mencintai apapun di dunia ini
yang membuatmu ingin selalu melakukan kebaikan
yang membuatmu belum ada apa-apanya dalam perkara agama
yang membuatmu menangis dan semakin yakin Allah sangat sayang pada hamba-Nya
atau postingan pengingat yang membuatmu merasa tersindir, itu lebih baik.

3.....
Apa lagi, ya?
Kebiasaan.
Padahal rasanya tadi kepalaku penuh.  Tapi aku lupa karena tidak langsung ku tulis. 


Ya sudah, kapan-kapan lagi, ya. 

Oh iya.
Cuma ingin bilang, 
Tidak apa-apa jika seharian kamu merasa berantakkan

Seharian tadi aku sedih,
tapi setelah itu aku merasa lebih baik, lebih bersemangat dan ingin melakukan semuanya dengan lebih teratur.

Jadi, tidak apa-apa, ya.
Yang penting usahakan untuk selalu beribadah dengan benar dan baik. Seberantakkan apapun suasana hati dan harimu.
Allah tau. 

Overtime

Kadang aku merasa kagum dengan orang-orang yang super totalitas di dalam pekerjaannya. 
Lembur. Sabtu-minggu tetap kerja.
Kelihatannya keren, gitu.
Dan seringkali jadinya merasa bersalah karena sabtu-minggu hanya dihabiskan untuk waktu pribadi aja. 

Tapi di satu sisi kadang juga merasa "memang seperti ini seharusnya."

Hidup rasanya sayang kalau hanya dihabiskan di depan laptop yang menyala. 
Dan kayaknya, bukan kapasitasku untuk terus menerus bekerja. 

Aku butuh waktu sendiri. 
Aku butuh waktu baca buku. 
Aku butuh waktu beribadah tanpa diganggu pikiran-pikiran duniawi. 
Aku butuh waktu hiburan meskipun sekadar buka media sosial. 
Aku butuh waktu untuk memastikan rumahku rapih dan bersih. 
Aku butuh waktu untuk memastikan adik-adikku dapat perhatian. 
Aku butuh waktu untuk sekadar merebahkan badan dengan tenang. 

Masalah pekerjaan, Senin sampai Jumat rasanya cukup. 
Bukan berarti aku akan menolak mentah-mentah hal-hal terkait pekerjaan di luar jamnya. 
Hanya saja akan lebih aku pertimbangkan. 
Jika memang sangat mendesak, akan ku kerjakan. Namun kalau masih bisa dilakukan di hari kerja, kenapa tidak. 



Jumat, 13 Agustus 2021

Beda Pikiran.

Aku sibuk berdamai dengan diri sendiri.

Dan orang lain sibuk dengan pertanyaan 
"nikah kapan?"
"sama ini aja"
"sini CVnya"

Ingin berkata kasar tapi takut dosa.

Kamis, 12 Agustus 2021

Simpati (?)

Hanya dengan memerhatikan saja, aku bisa tau kalau napas seseorang tidak baik baik saja. 
Hal itu karena aku mengidap asma. Dari kecil. Syukurlah beberapa tahun ini tidak kambuh lagi. 
Namun, dalam beberapa kondisi mungkin saja dia kembali.

Dan hanya dengan memerhatikan saja, aku juga bisa memahami suasana hati seseorang sedang tidak baik baik saja. 
Kalau ini, kalian pasti sudah tau alasannya apa. 

Rabu, 11 Agustus 2021

Soal Waktu.

Tidak ada manusia yang abadi di hidupmu.
Semua hanya soal waktu.
Mereka menghilang seperti asap, tanpa abu.
Termasuk kamu. 

Teman.

Semoga kalian gak akan pernah merasakan rasanya ketika lagi senang, sedih, kalut, bingung, marah 
Dan satu satunya yang ada di pikiran adalah untuk menceritakan semuanya ke orang yang kamu percaya dia akan membuat kamu tenang dan gak keberatan dengan semua cerita kamu tapi..

gak bisa. 

Selasa, 10 Agustus 2021

Siapa yang Minta Kamu Sempurna?

Tadi malam baca tulisan yang kurang lebih seperti ini artinya,

"Allah gak meminta kamu untuk jadi sempurna.
Allah cuma meminta kamu untuk berproses.
Allah tau seperti apa yang dia ciptakan."

Dan itu rasanya kayak...

Coba bayangin seseorang ngomong seperti ini ketika kamu dalam kondisi terburukmu,
"Aku gak minta dan berharap kamu jadi sempurna. Aku tau kamu gimana. Yang penting kamu selalu mau berusaha untuk jadi lebih baik. Itu cukup."

Rasanya lebih lebih lebih lebih lebih dari itu.

Senin, 09 Agustus 2021

Diri Sendiri.

Inget postinganku yang bilang berharap blog ini bisa bermanfaat? 


ternyata kayaknya blog ini lebih bermanfaat buat diriku sendiri. 
Biar agar supaya tidak kehilangan kewarasan. 
Nanti nanti aja ya bermanfaat buat orang lainnya. Kalau sudah benar sepenuhnya. 

Jadi kamu yang terlanjur tau blog ini. Shooh, sana pergi jangan baca baca lagi.

Berharap.

Berharap apa, sih?

Sabtu, 07 Agustus 2021

Apa?

Kamu terdiam di atas kasur. Merebahkan diri. Bertanya tanya kenapa semua ini terjadi. Ada apa dengan dirimu. Mengapa dirimu harus merasakan semua ini. Apa semua orang juga merasakan hal yang sama ketika memasuki usia 20-an.
Atau ini bukan karena usiamu tapi memang begitu saja terjadi. Jika begitu, kamu bertanya-tanya lagi, kapan selesainya? 

Kamu mudah sekali menangis. Hal kecil menyebalkan bisa membuat suasana hatimu berubah drastis. 
Terkadang rasanya kamu ingin banyak makan, tapi kamu juga tidak ingin bertambah berat badan.  

Kamu punya segudang keinginan, setumpuk impian. Tapi sekadar untuk merapihkan dirimu sendiri, kamu tidak punya motivasi.

Kalau dibilang lelah, iya, kamu lelah.
Tapi masa setiap hari?
Pekerjaan sederhana bisa membuatmu sangat lelah rasanya. Ini tidak biasa.
Kalau dibilang malas, kamu mengenali dirimu. Rasa malas bukan seperti ini. Rasa malas lebih mudah dilawan dari pada ini. 

Kamu menyusun apa yang harus dilakukan setiap hari. Tapi setiap hari juga kamu tak punya keinginan untuk melakukannya. 

Kamu bosan dengan rutinitas sehari-hari. Ingin sekali merubah diri. Tapi sekali lagi, kamu bisa dalam sekejap kehilangan keinginan untuk melakukannya.

Kamu ingin punya teman bercerita setiap hari. 
Setelah pulang bekerja, sebelum menutup mata.
Tapi keberadaan orang lain kadang mengganggumu juga. Bersosialisasi bagimu sangat menguras energi. Jadi, bagaimana? 
Terkadang kamu merasa hanya butuh ada seseorang. Cukup, tanpa harus melakukan atau berbincang dengan mereka. Kaku hanya butuh diperhatikan. Tapi kamu juga merasa risih dengan perhatian berlebihan. Lalu, bagaimana?

Kamu bingung. Bertanya tanya pada Tuhan. Apa yang terjadi, gerangan?
Bertanya-tanya apa kamu hanyalah manusia yang kurang bersyukur dan terlalu banyak menimbun dosa sehingga ini semua balasannya? 

Kamu belum mengerti dirimu. 
Butuh bantuan atau tidak pun, kamu tidak tahu. 
Kamu hanya ingin Tuhan tau (ya, pasti Tuhan tau) bahwa setiap hari, manusianya sedang berusaha. 
Dan berharap Ia memakluminya. 

Kesal.

Udahlah, fah. Kamu emang gak disetting untuk bisa kesel sama orang lama-lama. 

Kamu yang kesel, kamu yang marah, kamu juga yang overthinking,
kamu juga yang nangis.  

Ingat aturan "ketika semua orang boleh menyebalkan dan kamu tidak boleh kesal."

Kamis, 05 Agustus 2021

Sini Ibu Temani.

Malam ini mbrebes mili karena nonton video pendek tentang anak-anak yang ditanya,

"Kamu seneng kalau ngapain?"
dan mostly mereka menjawab "main sama ibu"

Dan anak terakhir bilang
"Main sama bapak sama ibu kalau bisa, tapi gak bisa ya, yaudah gapapa."


dan aku tau ini mungkin masih kejauhan tapi,

buat anak ibuk yang sekarang entah masih dimana, ibuk janji bakal luangin banyak waktu main deh sama kamu. 
Ayah juga harus mau ngeluangin waktu buat kamu. 
Awas aja kalau dia gak mau.
Masak sama nyuci baju sendiri sana.

Sehat.

Belakangan ini beberapa orang mulai jeli,

"Afifah sakit, ya?"
"Kak Afifah sakit, kan. Gak usah maksain."
"Afifah kenapa? Gak ilang penciuman, kan?"

Tenang aja. Fisiknya sehat, kok. 

Rabu, 04 Agustus 2021

Tidur.

Emang harusnya jam 21:00 itu Afifah Nur Fariha udah tidur gitu, lho. Soalnya kalau nggak, pikirannya traveling. Sampai capek. 

Minggu, 01 Agustus 2021

Perasaan dan pikiran.

Sore tadi pikiran dan perasaanku berantem lagi. 

"Sudah melakukan kebodohan yang sama berapa kali?" kata pikiran. 

"Berkali-kali." kata perasaan. Dia mengakui kebodohannya ternyata. 

"Setelah ini mau diulang lagi?" pikiran masih berusaha membuat perasaan sadar. 

"Aku tidak mau sebenarnya. Aku mau berjanji. Tapi aku takut tanpa sadar mengulanginya lagi."
perasaan tau kesalahannya, tapi apa daya, dia masih perasaan miliki manusia biasa. Bahkan, dia cuma sebuah perasaan. 

"Ya udah, gapapa. Kita coba lagi kali ini." untung saja perasaan yang sudah lebih dewasa bisa memahaminya. 

Jumat, 30 Juli 2021

Jauh.

"Jika hal itu memang baik untuk dunia dan akhiratku maka aku mohon dekatkanlah dan mudahkanlah semudah mudahnya.


...namun jika tidak ada kebaikan padanya. Aku mohon jauhkanlah...

sejauh-jauhnya."

Senin, 26 Juli 2021

Me.

Look, someone's doing great.
Yes, you are. 

Pinjam.

Kalau itu buat kamu,
ya nanti dipinjamkan lagi kok untuk kamu. 
Tenang, tunggu aja, ya. 

Allah Tau.

Iya, Allah tau kok kalau kamu paksa dirimu.
Allah tau, tau banget rasanya susah.
Allah tau kamu bohong dan pura-pura tidak peduli lagi.
Allah tau kamu kenapa disaat kamu sendiri gak tau kamu kenapa.

Gapapa. Tetap dipaksa ya, supaya lama lama semuanya terbiasa.
Gapapa. 

Sabtu, 24 Juli 2021

Bunuh.

Aku ingin membunuh diriku yang lama
dan muncul dengan aku yang baru.
Yang lebih kuat.
Yang lebih tangguh.
Yang lebih tidak peduli dengan hal-hal tidak berguna.

Yang tidak bergantung pada siapa siapa selain Tuhannya.
Yang tidak takut pada apapun kecuali Tuhannya. 

Cuma.

Aku c-u-m-a merasa kehilangan.
Actually, aku gak kehilangan apa-apa.

Proses.

Ketika kamu harus mempertahankan financial stability dan mental stability secara bersamaan.
Ketika kamu mau rasanya mau nangis atau tidur seharian aja sebagai pelarian dari semua pikiran pikiran buruk, tapi kamu harus kerja. 

Kamis, 22 Juli 2021

(Berusaha) Tidak Peduli.

Sesekali,
rasanya aku tidak mau peduli perkara perasaan dan pikiran orang lain,
terutama yang berkaitan denganku.

Jumat, 16 Juli 2021

Dimana.

Coba jawab.
Bagaimana bisa aku punya waktu untuk mencari orang lain sementara aku masih sibuk kehilangan diri sendiri? 


Rabu, 14 Juli 2021

Berusaha.

Berusahalah. Setidaknya, jika yang terjadi bukan sesuai inginmu, kamu pelajari suatu hal berharga lagi.


Ikhlas.

Minggu, 11 Juli 2021

Sini.

Kamu gak percaya diri? 
Aku sebel sama orang yang gak percaya diri tapi aku juga gak percaya diri.
Yaudah sini, sama aku. Kita gak percaya diri bareng.
Kekurangan kita itu kayaknya bukan hal yang mutlak dan gak bisa diubah, ya kan? 

Motor.

Tidak satu pun orang: "Masa udah gede gak bisa naik motor, kalau harus kemana-mana kan susah, gimana?"

Aku : Harus belajar motor

Sementara itu...

Adek: "Nggak. Gua gak mau ngajarin lu motor. Lu gua bonceng aja ngebut dikit langsung panik, nepok nepok pundak, pegangan kenceng banget. Ada motor nyalip dikit panik."
"Nggak yah. Kakak panikan. Bahaya."



Dear people, 
mohon maaf, saya sudah masuk geng "Nggak-bisa-naik-motor-tapi-gak-manja" club. Tidak mengeluh selama bisa ditempuh dengan jalan kaki atau naik angkutan umum sendiri." #proud

Masak (1)

Nama: Afifah
Cita-cita: Jadi ibu yang pinter masak makanan sehat dari makanan utama sampai cemilan buat keluarganya. Non MSG, gak pakai banyak bumbu jadi, kalau bisa rendah kalori, menunya bervariasi,  semuanya harus fresh, semuanya harus alami, anak-anaknya suka.
Pingin beli alat masak sendiri lengkap dari air fryer sampai chopper pokoknya punya sendiri. 

Kenyataan: Ragu-ragu, cemas dan khawatir tiap mau masak, takut makanannya gak enak, ujung-ujungnya dimasakin adek atau tetehnya.



Ya Allah semoga siapa pun itu calon suami saya gak baca blog ini ya Allah. 


Kalau ternyata dia baca....
Tenang aja, aku mau belajar, kok. Mau banget.
Cuma pelan-pelan, ya, hehe.
Hehe.

Jumat, 09 Juli 2021

Krisis.

Apalagi yang menjadi masalah saat ini untuk seorang Afifah selain pandemi?

Krisis kepercayaan diri. 

Rabu, 07 Juli 2021

Kapan Nikah?

"Kapan nikah?"

"Oh, kayaknya nanti kalau sudah berdamai dengan diri sendiri. Kasian suami saya kalau tiap hari harus menghadapi "mentally unstable wife" yang kalau siang bisa tenang, haha hihi, semangat empat lima tapi pas malam kerjaannya overthinking sampai tidur atau paling, nangis tiba-tiba."

Selasa, 29 Juni 2021

Jatuh.

Yang udah, ya udah.
Gapapa, udah terjadi.
Besok, jangan diulang lagi.
Masa mau jatuh ke tempat yang sama berulang kali?

Sakit kan, pasti? 

Senin, 28 Juni 2021

Ledakan.

Aku mau menulis ini sebelum kepalaku "meledak" di ruangan kerja.

Semuanya terjadi hampir bersamaan.
Untuk beberapa hal, 
Aku hampir kehilangan, 
tapi masih ada harapan.

Aku tidak mau mengira-ngira takdir,
tapi Tuhan seakan-akan tidak mau aku melupakan 
tapi juga tidak membiarkan aku terus menerus tenggelam dalam pikiran 

Kalau begitu
Tuhan, 
Boleh aku mulai semuanya dari awal lagi
dengan cara dan usaha yang lebih baik?

Jumat, 11 Juni 2021

Dua Lima.

Sudah yuk, main-mainnya
Kamu sudah dewasa
Sudah kepala dua dan satu tahun lagi menginjak usia dua lima

Jangan berpikir hidupmu masih lama

Kerjakan apa yang bisa kamu kerjakan.
Usahakan apa yang bisa kamu usahakan.
Nikmati dan syukuri
apa yang sudah kamu miliki

Jangan terlalu khawatir dengan apa yang belum terjadi
Jangan meminta apa yang kiranya kamu belum siap menerimanya
Jangan terlalu mencintai apa yang nanti akan hilang lagi
Jangan membandingkan dirimu dengan siapa pun

Fokus pada dirimu.
Kamu.





Selasa, 08 Juni 2021

Takdir.

Aku takut ditertawakan oleh takdir,
karena menentukan sendiri hasil akhir. 

Minggu, 06 Juni 2021

Tenang.

Hal yang patut disyukuri itu sesederhana 
malam yang tidak perlu ada rasa takut, khawatir, resah, sedih dan sekian perasaan buruk lainnya.
Dilalui tanpa ada air mata.
Malam yang tenang,
ibadah yang tenang
makan dengan tenang
gawai yang tidak mendistraksi
lantunan ayat suci
dan bisa berbenah diri 
sebelum tidur. 


Terima kasih, Tuhan.

Sabtu, 05 Juni 2021

Minggu, 30 Mei 2021

little reminder.

Ternyata sesuatu yang dianggap "kekurangan" itu bisa jadi bukan kekurangan.

Akhir-akhir ini rasanya (kembali) berantakan lagi. Semuanya.
Tidur gak teratur.
Makan gak dijaga.
Olahraga jarang. Banget.
Pikiran dipaksa terus buat mikir dari hal-hal penting sampai yang gak penting. 
Stres dipelihara.

Dan di'ingatkan' dengan munculnya jerawat-jerawat kecil di jidat yang udah lama gak muncul.

Yes, my skin is oily-acne prone.
Kalau orang bilang "Enak tau punya kulit berminyak. Jadi lembab terus. Biar gak gampang jerawatan, bersihin mukanya yang bener aja."

Um, no no no. 
Aku udah belajar kalau "cuci muka yang bener aja" itu gak cukup.
"Cuci muka yang bener aja" itu bakal sia-sia kalau,
kamu makannya tetep sembarangan. 
kebanyakan mengonsumsi makanan tinggi gula, minyak, garam, sementara sayur sama buah dilupain.
kamu melihara monster namanya stres.
kamu gak pernah olahraga.
pola tidurmu berantakan yang akhirnya memicu stres juga. 

Dulu sebelum paham sama diri sendiri, sih, heboh dan stres banget tiap jerawat muncul.
Padahal yo stres malah menambah kemungkinan tambah banyak jerawatnya. Hadeh.

Kalau sekarang muncul jerawat,
malah ngajak ngobrol diri sendiri.
"Kamu kenapa?"
"Akhir-akhir ini tidurnya malam terus, ya."
"Kemarin-kemarin makan sayur dan buahnya jarang, malah kayaknya kebanyakan makan nasi, roti, tepung-tepungan, ya?"*
"Jangan stres dong, nanti kulitnya sakit lagi."
"Duh, olahraga lagi yuk. Tiap hari jalan kaki min. 15 menit lagi ya, pulang kerja."

Alhamdulillah.
Allah baik banget ngasih reminder kecil supaya manusia ini gak terus menerus gak sadar kalau pola hidupnya gak teratur.

Makasih ya, tubuh. 
Makasih ya, aku. 
Udah diingetin.
Gapapa, jerawatan mah gak dosa.
Bisa hilang juga.
Kita perbaiki pola hidup dari awal bareng-bareng lagi, ya. 

Love u, 
wkwkwkwk. 




*Aku tahu efek makanan akan berbeda beda di setiap orang.
Kalau berdasarkan 'pengamatan sederhana' ke diriku sendiri, aku menyadari kalau ternyata makanan tinggi gula, tepung-tepungan dan dairy product bikin aku lebih mudah muncul jerawat. 
Yap, makanya aku mengganti nasi jadi karbohidrat yang lain.
Aku gak makan produk olahan susu lagi.
Dan sangat sangat mengurangi makanan dari tepung. Tepung terigu sih, lebih tepatnya. 
Ada yang bilang kacang-kacangan bikin jerawatan. No, itu gak berlaku di aku. Kecuali kacangnya digoreng dengan minyak yang super duper banyak dan asin banget, kemungkinan iya. 

Jadi kalau kamu punya keluhan jerawat juga, bisa mulai perhatiin kira-kira apa pemicu munculnya jerawat kamu. Terus perlahan kurangi atau hilangkan sama sekali. Kalau aku, stres dan makanan. Dan itu bisa berbeda di kamu. Okey?

Selamat menyayangi diri sendiri ❤️

salah.

Ketimbang menaruh hati pada orang yang jelas-jelas tidak bisa kamu miliki,
menaruh hati pada orang yang salah itu lebih menyakitkan.
Hati-hati. 

Aku.

"Aku gak tahu bisa mengharapkan siapa lagi."

"Ya memang tidak ada manusia yang benar-benar bisa kamu harapkan selain dirimu sendiri."

Jumat, 28 Mei 2021

penting?

Apa kamu punya waktu,
untuk sekadar mendengar perasaan seseorang?
Dia butuh kamu,
tapi tidak mau bilang.

Berharap kamu yang menyadari
sinyal-sinyal bahwa dia
tidak baik-baik saja.

Cukup hanya dengan pertanyaan sederhana,
dan keberadaan seseorang disampingnya. 

Aku yakin dia akan membaik, 
tidak butuh waktu lama. 

Tapi saat ini dia takut
perasaannya hanya akan dianggap gurauan semata
atau bahkan dibalas 
dengan tawa. 





Hilang.

Perempuan itu kehilangan dirinya.
Dia menanti bagaimana kelanjutan cerita. 

siapa?

Meminjam lirik lagunya Sal Priadi yang aku ubah akhirnya,


Milyar milyar juta juta
Ratus ratus sekian
Kemungkinan orang di dunia
Kamu dapatnya, siapa?

Kamis, 27 Mei 2021

butuh.

"Aku gak mau terlihat kalau aku membutuhkan orang lain."

Begitu katanya.

Minggu, 23 Mei 2021

beruntung.

Bahagia ya,
dirindukan seseorang? 

Kamu beruntung.

doa.

Doa yang ku lirihkan tanpa keseriusan saja,
Ia kabulkan.

Bisikan dalam hati yang bahkan ku lupa,
Ia kabulkan.

Keinginan sesederhana apapun
tak lama Ia kabulkan.

Maka aku tahu,
semua pinta dan doa akan Ia beri jawaban.

Jawaban terbaik dari Ia yang memang mengetahui segalanya.

Kadang untuk menginginkan sesuatu,
aku takut. 
Tapi karena aku menginginkannya, aku mau berusaha. Dan akan terus merapalnya dalam doa.

Tentang masa depan, aku tidak tahu bagaimana.
Tapi aku yakin sesungguhnya
jawaban dari doa-doaku sudah ada di depan mata.
Hanya terhalang sebuah tabir rahasia.

Entah, 
Akankah Ia perlihatkan satu persatu kepadaku
atau sekaligus dalam satu waktu.

Aku tidak tahu
Yang aku tahu, 
aku akan terus berprasangka baik pada-Nya.
Bahwa sesuatu yang indah menungguku disana.
Bahwa aku hanya perlu sedikit berusaha.

Bahwa tidak ada yang sia-sia.

Aku tidak sabar hidupku akan menjadi lebih berwarna. 
Tidak, aku yakin tidak akan hanya ada pelangi.
Tapi mungkin hujan badai juga sesekali.
Tapi tidak apa-apa.


aku bersama-Nya.

Sabtu, 22 Mei 2021

menulis.

Pernah gak, kamu uring-uringan cuma karena rasanya ingin berbicara dengan orang lain,

tapi tidak ada siapa-siapa di sekitarmu.

Aku sering.

Kalau di kantor, ada teman di kanan dan kiri. Setidaknya ada yang menanggapi.

Tapi sampai di rumah,
bingung.
Tidak ada siapa-siapa.
Mau bicara pada siapa.
Sedangkan setelah seharian lelah bekerja rasanya hanya ingin menumpahkan semuanya lalu didengarkan dan sesekali ditanggapi.

Mau menghubungi siapa saja,
tapi aku takut mengganggu.

Biasanya setelah bercerita, malah rasa bersalah yang menghantui.

Tapi akhirnya aku punya cara
yang mungkin kamu juga bisa mencobanya.

Tulis saja semuanya.
Semua yang mau kamu ceritakan seandainya ada yang mendengarkan. 
Seperti yang saat ini sedang ku lakukan. 

Tulis saja.
Kalau aku, memilih menuliskannya di blog.
Aku suka menulis langsung, 
tapi kadang karena sudah lelah, aku malah tertidur. 
Bisa saja menulis di hp, tapi aku takut  terjadi apa-apa dan tulisanku hilang semua. Begitu. 

Coba kamu tulis saja.
Hal-hal sederhana.
Tidak perlu memikirkan apakah ada atau tidak yang membacanya.
Tidak perlu juga memikirkan kira-kira apa yang akan orang pikirkan tentangmu melalui tulisanmu.
Setidaknya pikiranmu tidak terus menerus menahan apa yang seharusnya dikeluarkan. 
Ya, kan?


Selamat menulis.

Sepertinya aku, kamu dan siapa pun harus menanamkan dalam hati.

Bahwa kita hidup bukan untuk memenuhi setiap ekspektasi orang lain.
Membahagiakan mereka.
Menjadi seseorang yang mereka kira.

Dan 

Tidak ada pentingnya memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang kita.

Pergi

Untukmu yang sedang merasa "seperti ada yang hilang."
Tetapi kamu tak tahu apa. 

Coba pahami. 
'Hilang' itu,
kalau sesuatu awalnya kau miliki, 
lalu sekarang kamu tidak tahu harus kemana mencari. 

Kalau memang dari awal sesuatu itu bukan milikmu. 
Itu bukan hilang. 
Tapi mungkin lebih tepatnya, pergi. 
Ada yang pergi dari dirimu. 

Tidak apa-apa. 
Semua yang pergi akan kembali.
Jika memang Dia berkata,
"Sudah waktunya."  


Menggantung.

Untukmu yang terombang-ambing keadaan. 

Mungkin sekarang, semua masih terlihat aneh. 
Kamu tidak tau semua kebingungan ini berakhir di mana
dan kapan.
Yang bisa kamu lakukan 
hanya berusaha.

Rasanya memang lebih nyaman
untuk meringkuk di kasur seharian.
Melupakan kenyataan
Bahwa tidak ada satu hal pun yang ingin kamu lakukan. 
Kamu kehilangan.
Dirimu sendiri. 

Kamu tidak tau secara spesifik apa yang dirasakan
sedih
bingung
takut
khawatir
cemas
terganggu
semuanya buruk.

Kamu butuh bantuan 
tapi tidak tahu harus kemana.
Kamu butuh teman
padahal mereka ada. 
Banyak,
tapi kamu tetap merasa sendirian.

Hal kecil bisa sangat mengganggu.
Menyebalkan bagimu.
Padahal kamu tau sebenarnya dipikirkan pun tak perlu. 

Hal kecil bisa membuatmu menangis
karena memang itu yang kau tahan selama ini.

Kamu tidak tahu apa yang terjadi.

Tidak apa-apa. 

Kamu tidak sendiri. 


Minggu, 16 Mei 2021

Bukan menyerah.

Mungkin kamu sudah berkali-kali merapal doa supaya bisa lekas melupakan.
Supaya lekas dijauhkan.
Supaya lekas dihilangkan.

Tapi sepertinya, 
doa itu belum dikabulkan.
Malah sepertinya diganti dengan sebuah keyakinan dan kepercayaan. 

Kamu tidak tahu harus bagaimana. 
Dan pada Tuhan kamu serahkan segalanya.

Kamu tidak mau memburu-buru waktu. 
Kamu tidak mau memaksa dirimu. 
Kamu tidak mau berharap pada apapun atau siapapun itu. 

Tidak apa-apa. 
Keputusanmu sudah luar biasa. 

Kamis, 13 Mei 2021

Selasa, 11 Mei 2021

Perkara Kekhawatiran.

Disclaimer: 

Aku nggak menulis ini untuk dikasihani atau mendapat simpati. No, and big no. Masih banyak orang yang mengalami hal yang lebih rumit dan berat. Seperti yang pernah aku jelaskan di tulisan sebelumnya, aku cuma berharap tulisan ini bisa "menemani" mereka yang merasakan hal sama. 

Karena, aku suka ketika sedang merasa buruk, aku menemukan tulisan-tulisan orang yang mengalami hal yang sama. And yes, they still shining. Kayak, "Hei! Dia mengalami ini juga dan bisa melaluinya, kok" atau sesederhana merasa lega karena aku gak sendirian. 

                                                                        ***

Kira-kira sejak setahun yang lalu, ada yang aneh dengan diriku, tapi sepertinya aku baru menyadari setelah beberapa kali mengalami. 

Diawali dari aku yang selalu merasa kelelahan untuk hal-hal sederhana. Setiap melakukan hal-hal sepele kayak nyuci piring, beresin rumah, aku merasa harus merebahkan diri sebentar di kasur atau sofa. 

Lanjut dengan suasana hatiku sangat amat mudah berubah. Beberapa menit sebelumnya aku masih ketawa-ketawa, tiba-tiba aku bisa...sedih. Gak tau kenapa. 

Aku sering banget menghubungi teman-teman dan cuma bilang "Aku sedih/aku lagi gak jelas :(" "Kenapa?" "Gak tau:(" kayak gitu. 

Perbedaannya juga sangat terasa ketika aku pulang dari kantor. Di kantor aku merasa seneneg-seneng aja. Ketawa, bercanda, semuanya baik-baik aja. 

Tapi ketika pulang ke rumah. Aku bisa tiba-tiba sedih, kayak..hampa(?), kehilangan keinginan untuk melakukan apa-apa, mengkhwatirkan macam-macam. Bahkan gak jarang tiba-tiba aku..nangis. Beneran gak jelas. Padahal di kantor aku udah bikin daftar hal yang harus dilakukan. 

Tapi pagi harinya, aku bingung tadi malam nangis karena apa. 

Dilanjut dengan aku yang bisa sama sekali gak mau ngelakuin apa-apa. Se-ha-ri-an. Iya, seharian. Ini sering banget terjadi di hari libur, sabtu dan minggu. Yang dirasain apa? lemes, bingung, dan sedih. Pernah sampai nangis? o tenang saja, sering. 

Padahal aku seratus persen pingin banget bisa bangun dan melakukan semua hal yang udah aku rencanain. Aku cuma bergerak untuk kegiatan pribadi kayak mandi, solat, makan (itu pun ketika perutku udah mulai keroncongan), dan hal-hal yang memang HARUS dilakukan. 

Di sabtu dan minggu itujuga  ada kegiatan pertemuan rutin melalui video call dan Zoom. Dan ya, aku cuma memaksa diri untuk menghadiri itu dan seringkali skip karena benar-benar nggak kuat dan sangat amat nggak pingin ketemu siapa-siapa. 

Aku tau, bakal ada yang ngomong seperti ini: 

Halah, itu mah cuma males namanya.  

Aku pikir awalnya juga gitu.  Tapi, setelah aku nggak melakukan apa-apa aku selalu merasa bersalah banget. Aku benci diriku sendiri.  

Lemes, bingung, sedih, nyesel, dan merasa bersalah. Sip, lengkap. Abis itu? paling nangis, lagi. 

Jadi bisa dibilang penampakanku di minggu sore selalu benar-benar seperti zombie. 

Karena itu aku lebih suka kalau hari kerja. Pergi ke kantor, karena seenggaknya kesibukan bikin aku nggak merasakan hal-hal aneh itu. But still, aku tetep jadi lebih sensitif. Ada hari-hari di mana bawaannya pingin nangis aja. 

Aku jadi lebih panik. Ada sesuatu yang dadakan, berubah dari jadwal, gak sesuai dengan yang sudah ku atur, aku bakal frustasi. Ya marah, ya kesal, ya sedih, ya bingung. 

Aku lebih sering mengkhawatirkan sesuatu yang belum pasti akan benar-benar terjadi. Sampai-sampai aku pernah berpikir ketika masakanku gagal, aku mikir "Gimana kalau nanti punya mertua yang sebel sama aku gara-gara aku gak bisa masak?"

Dan yang lebih sering muncul adalah, 

"Masih sendiri aja aku sering kesulitan manage waktu antara rumah dan kerjaan, gimana kalau nanti aku nikah?"

Andai aku bisa ngomong sama aku di waktu itu, aku bakal ngomong:

HEI KAPAN ANDA MENIKAH DAN MERTUA ANDA SIAPA AJA BELUM JELAS SIAPA NGAPAIN PAKE MIKIR KAYAK GITU SEGALA? 

YANG PENTING KAMU UDAH USAHA, KAMU JUGA MAU DAN LAGI BELAJAR, 

KECUALI KAMU CUMA SANTAI-SANTAI, BERKHAYAL SUPAYA NANTI PUNYA LEBIH DARI SATU ASISTEN PRIBADI DAN HIDUP SEPERTI PUTRI, BARU KAMU KHAWATIR. 

Gitu. 

Tapi karena aku merasa perasaan-perasaan itu lama-lama mengganggu, aku mulai mencari bantuan. 

No. Aku gak mau self-diagnose ini itu. Karena, self diagnose itu menurutku kayak kamu ngasih sugesti ke diri kamu sendiri tentang sesuatu yang sebenarnya gak kamu alami, gitu, lho. Jangan ya, plis, jangan. 

Aku coba menghubungi layanan dari salah satu instansi kesehatan jiwa milik pemerintah dan disuruh melakukan tes skrining kesehatan jiwa yang mereka sediakan. 

Hasilnya? 

Untuk beberapa tes, hasilnya harus ke psikiater. 

Awalnya aku mikir, "Ini semua hasilnya menyarankan harus ke psikiater kali, ya? Gak ada bedanya."

(mohon maaf ya bapak ibu atas ke-sok-tahuan manusia ini, marahin aja marahin)

Sampai akhirnya di tes gangguan kecanduan game online, hasilnya beda. Aku dinyatakan bebas dari kecanduan. Ya iya, jelas. 

Jadi, hasil beberapa tes yang awal tadi..bener gitu?

Akhirnya cerita ke mbak dan dia menyarankan untuk langsung konsultasi ke psikolog supaya dapat jawaban pastinya. 

Alhamdulillah, salah satu orang tua adek kelas ada yang psikolog, jadi aku langsung hubungi beliau dan sambutannya sangat baik sekali. 

Di hari H konsultasi, setelah menjalani beberapa tes, aku cerita semuanya yang aku rasain. Aku tau aku bawel banget saat itu.

Dan hasilnya?

Beliau bilang ada beberapa kemungkinan kenapa aku merasakan hal-hal seperti itu:

1. Aku "kaget" dengan perubahan yang terjadi di sekitarku dan belum sepenuhnya beradaptasi. Dan, semua yang terjadi itu, ternyata "kapasitasnya" melebihi "energi" yang aku punya dan ya, aku memaksa diri untuk melakukan hal-hal di luar kapasitas energiku. 

Beliau bilang, 

"Kapasitas energi setiap orang itu beda-beda. Saya nggak bilang kamu lemah. Misalnya, kapasitas energi kamu itu 100 tapi, yang kamu paksa untuk lakukan semua itu membutuhkan energi 200. Hasilnya apa? kamu lelah. Dan lelah itu kamu timbun. Untung gak sampai "meledak", kan?"

Aku nggak tahu apa yan beliau maksud "meledak" tapi beliau ngomong itu dengan wajah serius. Takut. 

"Solusinya apa? bikin skala prioritas dan jangan paksa diri kamu kalau sudah merasa lelah. Rumah kotor dikit? gapapa. Kerjaan belum selesai? gapapa. Istirahat dulu. Kompromikan dengan orang-orang di sekitar. "

2. Aku terlalu memaksa diri untuk teratur dan stick to the plan sampai-sampai aku gak bisa menerima sesuatu yang terjadi di luar itu. 

Beliau bilang, 

"Kamu harus selalu siap untuk hal-hal yang terjadi tiba-tiba. Memang wajar karena bagian otak (aku lupa apa namanya, hehe) akan merespon sesuatu pertama kalinya dengan metode defensif atau melindungi diri. Makanya kamu panik. Jadi, biasakan tenang dulu, tarik napas, dan biarkan bagian otak kamu untuk melanjutkan informasi tentang apa yang terjadi dan merespon dengan lebih baik, mencari jalan keluar."

3. It's just Quarter Life Crisis things. 

Ho. Saat itu aku cuma berpikir, "Oh haha, akhirnya aku ngalamin sendiri hal ini? kayak gini ya rasanya?"

Iya. Segala kekhawatiran tentang masa depan, finansial, merasa belum apa-apa, dan membandingkan diri dengan orang lain yang keliatannya udah punya segalanya, ternyata itu beberapa tandanya. 

Dan beliau bilang, 

"Coba terapkan. "Here and now." Pikirkan cukup apa yang ada di depan mata, saat ini, dan apa yang bisa kamu lakukan. Semua kekhawatiran kamu itu sebatas kekhawatiran dan belum pasti terjadi. Kamu bisa kok, menyiapkan masa depan."

Setelah konsultasi dan menerapkan beberapa saran psikolog, aku mulai bisa menata perasaan-perasaan buruk yang muncul. 

Tapi ternyata, ada hal-hal yang terlewat dan gak aku ceritakan. 

Dan itu menjadi masalah baru. 

Lanjut nanti ya, belum solat dhuha.

Titik balik.

"Kak, terima kasih sudah menuliskannya!"

"Aku nangis baca blog kakak"

dan pesan sederhana itu memberikan kehangatan tersendiri untukku. 

                                                                                        ***

Kemarin mau lanjut nulis setelah zuhur tapi malah tidur, hehe. Nah, sambil menunggu skincare-ku menyerap sempurna, mari kita lanjutkan saja. 

Melanjutkan postingan sebelumnya, aku berpikir untuk menjadikan blog ini punya manfaat untuk orang lain juga.

Sesederhana ketika ada orang yang sedang merasa perasaannya nggak baik-baik aja, dan dia buka blog ini entah darimana, dan dia bisa merasakan bahwa dia gak sendirian. 

Karena apa? 

Karena sebuah pesan whatsapp dari adik kelas. Dia menyampaikan dua kalimat yang menjadi pembuka di atas. 

Aku yang saat itu cuma menjadikan blog sebagai "buku coret-coretan" langsung berpikir,

"Hah? ada ya yang sampai berterima kasih untuk sebuah tulisan yang bahkan aku gak meniatkannya untuk apa-apa?"

Aku senang, bersyukur, sekaligus gak nyangka aja gitu. 

Terima kasih adik manis. Semoga tulisan-tulisan sederhana yang aku buat bisa bermanfaat untuk lebih banyak orang, ya. Dan ingat, apapun yang terjadi, kamu gak sendiri.

Senin, 10 Mei 2021

Maaf, ya.

 Hai.

Mungkin. Mungkin, ya. Kalau blog ini punya pembaca setia (meskipun sepertinya tidak). Aku mau minta maaf dulu. 

Maaf, ya, akhir-akhir ini postingannya lebih banyak ngeluhnya. 

Tapi, ya, gimana. 

Meskipun sebenarnya aku pun tahu seharusnya yang "dibagi" itu bahagia-bahagianya aja. 

Karena secara tidak langsung, apa yang dilihat, dibaca, dan didengar oleh seseorang, bisa mempengaruhi suasana hati. Ya, gak semua orang seperti itu, sih. Sebagiannya, termasuk aku, seperti itu. 

Dan aku gak mau menebar yang orang-orang sebut negative vibes untuk mereka yang membaca blog ini. 

Jadi, maaf, ya. 

Seperti yang sudah pernah aku bahas sebelumnya. Blog ini memang tentang aku dan orang-orang yang aku lihat. But mostly, its about me. 

Kalian pasti punya sebuah aktivitas yang biasanya kalian jadikan 'pelampiasan' ketika suasana hati sedang tidak baik-baik saja. Iya, semacam aktivitas yang jadi 'pelarian'. Aktivitas yang bikin hati lega lagi atau setidaknya lupa sejenak dengan hal-hal buruk yang terjadi. 

Nah, blog ini seperti itu. 

Blog ini jadi semacam teman yang gak akan ngeluh ketika aku cerita macam-macam. 

Dan ya, aku nulis ketika bingung mau cerita sama siapa. Karena setelah itu, rasanya lega. Apalagi aku berteman erat dengan yang namanya overthinking dan nulis adalah salah satu bentuk 'pelarian'nya. Kapan-kapan aku bahas lebih lanjut soal ini, ya. 

Aku nulis sesuatu. Aku post. Kemudian aku baca di lain hari. Begitu. 

Tapi (coba hitung berapa kali aku bilang tapi), kemarin aku ingat pesan whatsapp dari seorang adik kelas yang bikin aku berpikir untuk tidak hanya menjadikan blog ini sebatas buku harian(?). 

Udah azan. Bersambung ke postingan selanjutnya, ya. Sek, tak solat dulu.



Rabu, 05 Mei 2021

Memangnya yang bisa sakit hanya fisik?

Selasa, 04 Mei 2021

salah.

Heh, manusia.

Sosok yang menghadirkan perasaan perasaan aneh dalam hatimu itu,
Sosok yang kau harapkan hadirnya itu,
Sosok yang bukan siapa-siapa tapi kau pedulikan itu,
Sosok yang melukiskan senyum pada wajah-mu itu,

adalah milik-Nya.

Lalu bagaimana bisa kau bilang,
kamu menaruh hati pada makhluk-Nya, 
tapi dengan cara membuat-Nya murka?

Minggu, 02 Mei 2021

monster.

Kamu jelek. 
Kamu tidak bisa apa-apa.
Kamu manusia paling berdosa di dunia.
Kamu kehilangan arah.
Hidupmu berantakan.
Semua yang kamu lakukan sia-sia.
Kamu terus menerus gagal.
Sebenarnya tidak ada seorang pun yang mencintaimu.
Orang-orang diam diam tidak menyukaimu.
Mereka berpikir kamu aneh.
Kamu tidak bisa dimengerti.
Sikapmu berlebihan.
Kamu plin-plan.
Kamu buruk.



Itu isi pikiranku.
Kamu, yang saat ini isi pikirannya sama denganku,
tidak apa-apa, hanya butuh waktu untuk pikiran itu pergi sendiri.

Sini, tidak apa-apa.
Semuanya akan baik-baik saja. 

Jumat, 30 April 2021

manusia.

Dulu aku merasa harus selalu terlihat baik di mata orang lain.
Harus selalu terlihat sempurna.
Harus selalu terlihat bisa.
Harus selalu terlihat tau. Bukan, bukan sok tau atau seakan tau segalanya, tapi aku malu untuk menunjukkan bahwa aku tidak bisa. Bahwa aku tidak tahu. 
Aku malu kalau terlihat bodoh.
Tidak bisa menyelesaikan sesuatu.
Butuh bantuan seseorang. Aku malu.

Tapi di satu titik, akhirnya aku menyadari.

Tidak apa-apa sesekali terlihat tidak baik-baik saja.
Aku boleh mengekspresikan jika aku lelah, aku kesal, aku kecewa, aku sedih. Asal tidak berlebihan.
Tidak apa-apa jika aku tidak tahu segalanya. Aku tidak serta merta menjadi bodoh atau memalukan jika aku tidak tau atau tidak bisa melakukan beberapa hal.
Wajar untuk mengatakan
"Aku nggak tahu"
"Aku belum bisa"
"Ini bagaimana caranya"
"Gimana melakukannya"
"Aku harus ngapain"
"Tolong tunjukkin caranya dulu"
"Ini gimana ya"

Sesederhana karena,
ya gapapa. 



Kamis, 22 April 2021

🌻

Tidak satu pun bibit bunga matahari hadiah dari mbak tumbuh. 
Padahal sudah ku tebar mereka semua di tanah-tanah yang subur, 
dan setiap hari berharap melihat batang hijau kecil tumbuh dari tanah. 
Tapi tak pernah ada. 

Mungkin, bunga-bunga matahari itu belum bisa muncul dan mekar dengan indah di musim ini. 

Tidak apa-apa.

Suatu hari nanti aku akan punya rumah sendiri dengan bunga-bunga matahari yang tumbuh cantik dan tinggi.


🌻





Kamis, 15 April 2021

Selasa, 13 April 2021

(masih) jatuh.

Perempuan itu belum tahu ujung lubang hitam itu dimana.
Dan dia mulai lelah dalam jatuhnya.

Sabtu, 10 April 2021

kontradiksi.

Sebenarnya, aku takut mendengar jika orang lain berbicara dengan nada tinggi. Bahkan bisa menangis mendengar orang lain dimarahi. 

Tapi sendirinya kadang tanpa sadar berbicara dengan nada tinggi, apalagi kepada makhluk yang disebut laki-laki dan
mereka yang tidak bisa diberitahu sekali-dua kali. 

Aku tahu ekspresi wajahku tidak bersahabat, tapi akan panik setengah mati kalau orang lain menganggapku jahat.

Ternyata rezeki itu sesederhana orang-orang yang sudah tau kalau Afifah itu senyebelin ini dan mau mengerti, atau bahkan tidak peduli.  

Kamis, 08 April 2021

apa ya.

Kalau umur 20-an itu se-roller-coaster ini
aku mau jadi anak TK lagi 

yang nangisnya cuma gara gara jatuh dari ayunan atau tangannya terjepit di jungkat-jungkit

yang ketawanya sesederhana..
aku lupa pernah ketawa karena apa

yang bahagianya sesederhana dijemput tepat waktu oleh ibu

yang sedihnya cuma gara-gara 
apa ya
aku juga lupa pernah sedih banget karena apa saat TK

misuh.

Mau pura pura kuat sampai kapan?

Kata hati kepada pikiran.

Minggu, 04 April 2021

mati rasa.

dia memasuki waktu bagian tidak bisa membedakan mana sedih mana bahagia.
keduanya tampak sama.
keduanya fana.

Sabtu, 03 April 2021

buk.

Tiba-tiba kangen ibuk.

Masa-masa ketika geret-geret selimut dan bantal lalu dibolehin tidur di depan tv karena gak bisa tidur di kamar.

Ketika Afifah kecil masih sering kambuh asmanya dan salah satu 'obat' paling ampuh adalah ibuk usap usap punggungnya.

Ketika bahagia-nya Afifah sesederhana dibeliin barbie atau segala benda dengan bentuk atau gambar hello kitty.

Meluk ibuk pas beliau bobok-in abang kecil, eh malah ikut ketiduran.

Dimarahin ketika goreng tempe apinya kegedean, dan waktu itu masih SD. Abis itu ngambek karena mikirnya ya-kan-aku-sudah-berusaha-kok-dimarahin.
Eh setelah itu ibuk bilang karena ibuk mau ku bisa ngapa-ngapain sendiri dengan sempurna.

Diantar jemput waktu awal-awal masuk SMA. 
Bahkan ketika les yang jaraknya dari rumah gak seberapa. 

Ditemenin belajar. 
Bahkan hingga tengah malam.
Dimarahin pas udah kecapekan tapi masih keukeuh mau belajar, hehe

Dibikinin makanan atau minuman hangat 

Dipeluk pas nangis. Setelah dimarahi, nangis, abis itu juga dipeluk

Dibilang, "Gapapa, gak usah dipaksa. Lakukan apa yang kamu suka" setelah bilang " Gak bisa" untuk melakukan sesuatu yang memang gak disuka

Buk, kangen.
Sesekali,
Di rumah juga terputar memori ketika ibuk masih di sini.

Jumat, 02 April 2021

jatuh.

Seorang perempuan sengaja menjatuhkan dirinya pada lubang hitam yang ujungnya masih semu.

Hanya dengan alasan 
yang entah asli atau palsu.

Pada lubang hitam itu,
berterbangan kata-kata penuh ragu. 

Hanya saja perempuan itu seolah tidak mau tahu. 

Dia sudah terlanjur terperangkap dalam lubang hitam itu, katanya. 
Dan untuk beranjak begitu saja, dia tidak bisa.
Hatinya terlalu takut membiarkan lubang hitam itu menganga tanpa ada apa-apa. 

Jadi, sang perempuan memilih untuk menjatuhkan dirinya. 
Sambil berharap di ujung lubang hitam itu ada dunia baru yang belum pernah diketahuinya. 
Dunia yang lebih bahagia. 

Setidaknya, 
jika setelah Ia sampai pada dasarnya,
lubang hitam itu tertutup rapat dan tiba-tiba hilang,
sehingga penantiannya sia-sia, 
Ia tidak akan merasa kehilangan apa-apa. 
Begitu pikirnya. 

Perempuan itu menjatuhkan diri. 
Hanya untuk tau dimana ujung lubang hitam itu. 

Kata-kata mengasihani bahkan hujatan untuk sang perempuan, 
dipersilahkan. 

mengganggu.

Kenapa
wanita usia 20-an, 
rentan dengan pertanyaan 
"Jadi kapan?"
apalagi kalau bukan soal pernikahan.

satu dua kali 
mungkin aku masih bisa tersenyum bahkan tertawa
tapi lama-kelamaan
aku bosan.

"tapi kan itu bisa jadi doa"

kalau begitu
doa-nya diutarakan dalam hati saja
tidak perlu jadi kalimat tanya

"ya kan memang sudah waktunya.."

Awal dua puluhan itu bukan soal pernikahan
Lalu, apa kabar dengan mimpi dan cita-cita?

"ya kan orang takut kamu keburu tua"

tenang saja, masalah ini juga sudah ku utarakan pada Tuhan lewat doa
lagi pula, umurku baru awal dua puluhan, bukan sudah ratusan

"ya tinggal tidak usah didengar saja"

Telingaku tidak ada tombol hidup dan matinya

'"kan bukan hanya kamu yang ditanyai"

aku tidak peduli

----

Aku masih butuh waktu untuk mencintai diriku sendiri

Aku masih butuh waktu untuk tidak membandingkan diriku dengan perempuan lain

Aku masih butuh waktu untuk tidak melihat hanya kurangnya diriku di pantulan kaca

Aku masih butuh waktu untuk tidak selalu menimbang berat badan
menyesali apa yang aku telan
dan menahan diri tidak makan 
karena rasa takut yang berlebihan

Aku masih butuh waktu untuk bisa menerima diriku apa adanya

Aku masih butuh waktu untuk tidak merasa sedih dan kehilangan motivasi secara tiba-tiba

Aku masih butuh waktu untuk tidak merasa hampa

Aku masih butuh waktu untuk tidak merasa diriku tidak bisa apa-apa

Aku masih butuh waktu 
untuk meyakinkan diri
bahwa aku
juga bisa
dicintai
tanpa
tapi

mungkin suatu saat nanti. 

Aku hanya masih butuh waktu. 

Untuk kamu yang juga merasa seperti ini.
Tidak apa. 

Kita hanya butuh waktu.



Kamis, 01 April 2021

mengadu.

Ada saat-saat ketika rasanya sangat sulit untuk berkomunikasi dengan manusia.
Entah kamu yang kebingungan mencari cara untuk menyusun kata-kata dan menyampaikan maksud,
atau mereka yang sepertinya tidak bisa mengerti dan memahami. 
Meskipun dijelaskan berkali-kali.
Hingga kamu hampir putus asa. 

Dan jika sudah seperti itu, 
aku memilih untuk mengutarakan semuanya pada Tuhan.

Karena pada dasarnya, pikiran dan perasaan manusia-manusia itu ada di genggaman-Nya.

"Tuhan. Terserah pada-Mu bagaimana caranya, tapi tolong sampaikan...."

Rabu, 31 Maret 2021

ditinggalkan.

Pada salah satu postingan Instagram, aku terdiam.

Di situ tertulis,
"Ditinggalkan atau meninggalkan?"

Sederhana,
tapi membuatku berpikir hingga hari kedua.

Dan kini aku tau jawabannya.

"Ditinggalkan."

Kecuali pada beberapa kondisi ketika aku terpaksa harus meninggalkan.

Setidaknya, 
jika "ditinggalkan"
aku tidak menorehkan pada orang lain luka, cemas, 
atau membiarkannya kesepian. 

Senin, 29 Maret 2021

cerita.

Cukup dengan bercerita.

Iya, terkadang resah, sedih, gundah dan tumpukan perasaan burukmu itu bisa hilang dengan diceritakan semuanya.

Jika ditanya, 
kenapa kamu suka mendengarkan orang lain bercerita?

Ya karena, 
tidak lain tidak bukan,
karena aku juga suka didengarkan.

Bercerita yang terarah, tentunya.
Kalau hanya berlebihan bicara,
maaf, mendengarnya saja aku mudah lelah.

Jika benar-benar sudah muak memendam,
mungkin kamu bisa "bercerita" dengan dua cara.

Pertama, 
"bercerita" dengan terpaksa
kepada orang-orang yang memang menjadi tujuan.
suka atau tidak suka, mereka harus mendengarkan.
tidak perlu lagi memperindah nada atau intonasi.
kewarasanmu jauh lebih penting untuk saat ini. 

Kedua
Bercerita kepada orang-orang yang memang mau menerima.
Duduk di sampingmu, menatap matamu, sambil sesekali menanggapi.
Atau
Melalui aplikasi pesan singkat kamu ceritakan semua padanya.
Dibalas langsung atau nanti, bukan perkara.
Yang penting sudah cerita.
Memang lebih menyenangkan ketika mereka meresponmu segera. 

Karena itu aku tidak pernah meremehkan siapapun yang datang dan berkata, 
"aku mau cerita"

Dan aku sangat menghargai mereka yang berkata,
"sini, cerita" 
lalu mendengarkanku dengan saksama.
Orang-orang seperti itu, terlalu berharga.

Jadi, terima kasih, ya. Orang-orang baik yang sudah menyediakan waktunya untuk mendengarku bercerita.

Dan kamu yang butuh bercerita, 
Sini, mau cerita apa?
Kalau kamu bosen sama isi blog ini, mungkin kamu bisa ke:
listenwriteandicecream.blogspot.com

Kalau bosen juga, ya sudah. Buka shopee saja.

apa ya judulnya.

Untuk kamu yang saat ini sedang dikelilingi oleh situasi yang sulit,
dan tidak ada alasan selain berusaha semampumu dan bertahan,
maka lakukan. 
Hampir menyerah? Biasa.
Menangis? Silakan, kamu manusia. Asal sewajarnya saja.
Kecewa? Tidak apa-apa. 

Mungkin suatu saat nanti, 
kamu di masa depan akan bangga mengingatmu di masa ini. 

Atau mungkin, dia tertawa?

Kok bisa-bisanya kamu hampir menyerah, menangis setiap hari, hanya karena masalah yang saat itu kamu anggap besar. Padahal sebenarnya kamu punya kekuatan yang lebih besar.

Kamu di masa depan melihat masalah itu sangat kecil jika dibanding masalah-masalah yang akan datang. 

Karena, hidup memang senantiasa akan bersanding dengan cobaan, kan? 

24.

Ada beberapa hal yang aku pelajari sebelum usiaku genap 24 tahun.
1. Dunia ini bukan hanya tentang kamu. Berhenti mengeluh, terus menerus mengasihani diri sendiri, seburuk apapun keadaannya. 
2. Masih ada orang yang membutuhkan dan mengharapkanmu, tapi tidak selalu mereka bisa kamu harapkan. Jadilah kuat.
3. Jangan bagi rasa sakit, sedih, kecewa, khawatir, dan semua perasaan burukmu kepada orang lain. Kecuali kamu benar-benar yakin mereka bisa membantumu menyembuhkannya atau sekadar bersedia mendengarkan cerita.
4. Ada beberapa hal yang benar-benar tidak bisa kamu ubah meski rasanya mudah. Terima saja.
5. "Buang" orang-orang yang "meracuni" hidupmu. Membuatmu sedih, tertekan, dan semacamnya.
6. Jangan pernah sepenuhnya percaya kata-kata manusia, kecuali ada sesuatu yang menjadi alasan dia sepenuhnya dapat dipercaya. 
7. Jangan berhadap pada siapapun.
8. Jangan mudah luluh pada siapapun.
9. Lakukan semuanya sendiri selama kamu masih bisa. 
10. Terus berusaha selama kamu belum tahu hasilnya akan seperti apa. Semisal kamu sudah tau itu akan gagal tapi kemungkinan berhasilnya besar, tidak apa-apa untuk dicoba.
11. Jangan mudah jatuh cinta. Tutup hatimu serapat- rapatnya sampai tiba waktunya untuk terbuka.
12. Taati Tuhan-mu seutuhnya. 
13. Cintai dirimu. Rawat dirimu sebagai bentuk rasa syukurmu.
14. Jangan terlalu memanjakan diri. 
15. Apalagi, ya? 

Mungkin poin pada postingan ini akan bertambah seiring waktu nanti. 

Jumat, 26 Maret 2021

usaha.

 "Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sampai mereka mengubah diri mereka sendiri."

Kurang lebih seperti itu arti dari salah satu ayat dalam alquran.

Manusia diciptakan bukan untuk jadi sempurna. 

Manusia tidak dituntut untuk tanpa cela.

Tapi, manusia dikarunai kemampuan untuk berusaha. 

Kamu tahu itu buruk. Maka berubahlah.

Perlahan. Jangan terburu-buru.

Luruskan niatmu untuk berubah hanya karena-Nya. 

Bukan karena manusia. 

Kamu bisa. 

Ada orang-orang yang juga yakin bahwa kamu bisa.

Bahkan mungkin untuk menemanimu berubah, mereka bersedia. 

Banyak orang lain yang sepertimu, dan mereka bisa. 

Pada intinya, tolong berusaha.


Kalau keinginanmu berusaha saja tidak ada.

Entahlah, apakah doa akan bekerja seutuhnya?


Self reminder. 

Perempuan yang Mempersiapkan Kematiannya.

 Kenapa?

Judulnya menyeramkan?

Iya. Tadinya ku pikir juga begitu. 

Tapi, setelah mendengar salah satu nasihat, 

Aku sadar. 

Ternyata yang harus dipersiapkan seorang perempuan dalam kehidupannya itu, 

Bukan hanya bagaimana menikah dengan ilmu.

Bukan hanya bagaimana cara menjadi seorang ibu.

Hal-hal itu harus dipelajari, tapi pada urutan kesekian. 

Dan hal pertama, layaknya semua manusia, 

yang harus dipersiapkan 

adalah bagaimana menghadapi kematian.