Blinking Hello Kitty Angel Jurnal Bunga Matahari: 2020

Jumat, 13 November 2020

pasangan idaman.

Setiap orang pasti punya gambaran pasangan impian.
Termasuk aku.
Pokoknya harus soleh, rajin shalat, rajin ngaji, semangat menghafal Alquran, baik akhlaknya dan punya segunung kriteria.

Tapi kemudian aku berpikir,
"Sebelum 'mencari', kenapa tidak menjadi?"

"Kenapa cuma berpikir, "Pasti aku bangga dan bahagia punya pasangan seperti itu" 
bukannya,
"Aku mau pasanganku bangga dan bahagia memiliki pasangan sepertiku"?


kita semua berharga.

Seorang perempuan harus merasa bahwa dirinya seorang putri, atau ratu.
Bukan, bukan berarti dia harus kaya, cantik, dan berkuasa.
Bukan juga dia menjadi sombong, arogan, bisa mendapatkan segalanya, apalagi memperlakukan orang semaunya.

Tapi, setiap perempuan harus merasa bahwa dia sangat dijaga.
Tidak ada yang sembarangan boleh menyentuhnya, 
bahwa dalam menentukan beberapa hal dia punya kuasa, 
termasuk sikap dan prinsipnya.

Setiap perempuan harus merasa bahwa dia adalah pahlawan super. 
Bukan, bukan berarti dia harus punya kekuatan khusus, tidak tersakiti oleh siapapun atau dengan apapun, dan bisa menolong semua orang. 
Tapi,
Dia harus percaya bahwa sebesar apapun beban yang Tuhan sandarkan padanya, 
dia pasti bisa. 

Setiap perempuan harus merasa bahwa dirinya manusia biasa. 
Bukan, bukan berarti tidak bisa apa-apa. 
Tapi, dia tidak lupa bahwa tanpa Tuhannya, dia bukan-apa-apa.
Dia juga senantiasa sederhana. 

Pada intinya, setiap perempuan harus merasa bahwa dirinya berharga.






prasangka baik.

Aku pernah membaca sebuah tulisan,
"Tanda masalah kita hampir selesai adalah ketika kita berprasangka baik kepada Allah."

Ternyata bukan "hampir selesai".
Tapi menurutku, "sudah selesai".


Tuhan, aku iri.


Tuhan, 
Maaf aku merasakan ini.
Dulu aku iri dengan orang-orang yang lebih 'tinggi'.
Berpelesir ke berbagai macam negeri.
Hingga aku sadar, aku tidak mau terlalu mencintai dunia ini.

Tapi ternyata rasa iri itu datang lagi,
Aku iri dengan orang-orang yang khusyuk dalam sholatnya.
Aku iri pada mereka yang bisa dalam memahami untaian ayat suci.
Aku iri dengan mereka yang selalu memuji-Mu di dalam hatinya.
Mereka yang selalu memohon ampun pada-Mu hingga terlelap.
Mereka yang bisa mengalahkan rasa takut untuk lebih dekat kepada-Mu di sepertiga malam.
Mereka yang waktunya dipenuhkan dengan menebar kebaikan.
Mereka yang karena-Mu, mampu menahan lapar. 
Aku iri, iri kepada mereka yang tak ada rasa tidak puas dalam hatinya.
Aku iri pada mereka yang tetap bisa memuji-Mu meskipun dalam keadaan sempit.

Tolong,untuk kali ini,
Biarkan rasa iri ini terus menjalar, merasuki, hingga aku bisa seperti orang-orang itu.
Hingga suatu saat nanti, tidak ada rasa iri dalam hati ini.
Hanya rasa damai yang memenuhi ruang hati, karena Engkau satu-satunya penguasa di dalamnya.
Tolong, tanamkan lebih dalam rasa ini.

Cibinong,2 Juli 2012

Jumat, 30 Oktober 2020

Fariha.

Nama itu doa, aku percaya. 

Sepersekian detik setelah lahir ke dunia,
Pada belakang namaku, ayah dan ibu menyematkan kata "Fariha".

Kalau tidak salah, dalam bahasa Arab artinya bahagia. 

Jadi, 
jika bersedih, aku seharusnya merasa bersalah pada keduanya.

Dan sangat mungkin,
selama ini bahagiaku adalah salah satu yang dikabulkan Tuhan dari doa-doa mereka.

Minggu, 25 Oktober 2020

waktu.

Aku tidak bangun siang, tidak juga tidur lagi. 

Aku sudah membuat jadwal hal-hal yang harus kulakukan hari ini. Dan mengerjakannya satu persatu dengan selalu memperhatikan dan memperhitungkan waktu. 

Tapi waktu tetap tidak mau berkompromi. Dia bosan dengan aku yang selalu berjalan hati-hati. Dia ingin berlari.  

Baru saja selesai mengikuti kelas online, lalu menyiapkan materi untuk pertemuan pukul satu siang nanti,

Tiba-tiba waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang. 

Masih banyak hal yang harusnya sudah kulakukan, tapi semua belum terlaksana pada kenyataan. 

Aku mencoba mengingat apa yang kulakukan dari tadi. 

Adakah waktu yang terbuang? Adakah waktu yang ku curi? 

Tapi seingatku tidak. Aku sudah berusaha memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. 

Atau mungkin aku salah. 

***

Seketika aku ingin menangis. 

Aku menjatuhkan diri lalu merengek kepada Tuhan, 

"Tuhan, banyak yang harus dan ingin kulakukan tapi waktu terlalu cepat berjalan." 

Lalu bersalah hadir dalam perasaan. 

Apakah ini balasan karena dulu aku sering menggunakan waktu tanpa tujuan?

Atau ini yang dikatakan tanda akhir zaman? 

Ketika waktu semakin cepat berlalu. 

Dan sayangnya, banyak manusia yang masih tertipu. Mungkin termasuk aku. 

Masih banyak buku yang belum ku baca, masih banyak ilmu yang belum ku pelajari, aku juga ingin sesekali  memanjakan diri. 

Tapi, waktu seakan tidak memberi izin untuk itu semua terjadi. 

Kemudian aku sadar, 

Merengek dan menyesali yang sudah terjadi ini pun membuang-buang waktu. 

***

Aku sadar.

Ada hal-hal yang tidak bisa aku kendalikan. 

Ada hal-hal yang memang seharusnya terjadi tanpa bisa aku hentikan. 

Termasuk sang waktu yang selalu ingin berlari.

Dia di luar kuasaku. 

Jadi, kenapa aku tidak mengendalikan apa yang aku bisa kendalikan?

***

Tugasku hanyalah mengerjakan kewajiban dengan sebaik-baiknya. 

Memenuhi lima waktu panggilanNya, mengisi hariku dengan terus melakukan hal-hal yang mengingatkanku pada-Nya, mengerjakan hal yang sudah diamanahkan padaku, menjaga dan merawat tubuh, pikiran, dan jiwaku. 

Masalah waktu. Itu bukan kuasaku. 

Allah tahu aku sudah berusaha sebaik-baiknya. Setidaknya jika nanti diminta pertanggungjawaban, aku sudah memiliki pembelaan. 

***

Tidak apa banyak buku yang belum ku baca. Satu persatu diselesaikan, yang terpenting adalah ilmunya. 

Tidak apa melakukan hal-hal semampuku. 

Menuntut ilmu itu waktunya selama aku masih diberikan kehidupan, jadi tidak harus semua ilmu ku teguk dalam satu kedipan. 

Tidak apa-apa tidak memiliki selalu memanjakan diri.

Tidak apa-apa. 




Minggu, 18 Oktober 2020

takut.

Setelah membaca buku Menentukan Arah karangan Mas Gun dan Mbak Apik, bab Rumah, halaman 109, aku jadi takut.

Takut bagaimana jika nanti setelah menikah, aku rindu rumah. 

Aku takut rindu ayah. 

Takut rindu kenangan bersama ibu. Aku rindu waktu-waktu ketika aku dan adik-adik berseteru, kemudian setelahnya kami sudah menertawakan sesuatu yang lucu.

Aku takut rindu dengan kamarku yang tidak selalu rapih memang, tapi selalu berhasil membuatku nyaman. Aku takut rindu dengan perjalanan antara kamar-dapur-kamar mandi dan sesekali singgah di meja makan. Aku takut rindu lantai kamar yang selalu berhasil membuatku tertidur meskipun setelahnya dimarahi ayah. Aku takut rindu tumpukan buku yang tidak beraturan dan dibaca sesukanya, sesuai mood saja. 

Tapi, aku juga takut jika yang terjadi sebaliknya. 

Takut bagaimana jika setelah menikah, aku tidak merindukan rumah. 

Bagaimana rumah yang saat ini ku tinggali, menjadi tempat berpulang dan meruntuhkan lelah setiap hari, tidak kurindukan lagi nanti?

Aku takut menyadari bahwa selama ini rumahku tidak terasa seperti 'rumah', melainkan hanya sekadar tempat singgah. 

Aku takut jangan-jangan, di alam bawah sadarku, aku menikah karena butuh sebuah pelarian dari rumah.


Semoga ketakutan tetaplah sekadar ketakutan.

Jumat, 16 Oktober 2020

ridho.

Sebisa mungkin,
hidup kita itu penuh dengan rasa tanya,

"Allah ridho gak, ya?"

Gak perlu mengkhawatirkan yang lain. 
Cukup itu aja.

Karena, tidak ada satu hal buruk pun yang akan terjadi jika Allah ridho.

Tolok ukurnya hanya Allah ridho, atau nggak. Kira-kira Allah suka, atau nggak.

Misalnya,
Allah suka kita mensyukuri nikmatnya dengan cara menikmati rezeki yang diberikan pada kita.
Entah itu harta, makanan, atau bentuk kebahagiaan lainnya.
tapi, Allah juga nggak suka dengan sesuatu yang berlebihan.

Kalau begitu, ya, sudah, secukupnya.

Yakin kalau bahagia kita itu tergantung ridho-Nya. 

Minggu, 11 Oktober 2020

Selesai.
Seperti sebuah pencegahan resiko dari hal-hal yang tidak inginkan terjadi, 

kehilangan juga butuh simulasi. 

Sabtu, 03 Oktober 2020

sepi.

aku bertanya pada diriku sendiri,

kenapa harus merasa kehilangan ketika belum memiliki?
kenapa harus merasa tidak berdaya tanpa keberadaannya? 
kenapa harus merasa tersiksa dengan sosok yang tidak ada? 

karena pun suatu saat bertemu dan disatukan,

kamu tidak akan sepenuhnya memiliki
kamu tidak akan selalu melihat keberadaannya di sisi
dan akan ada suatu masa ketika sosoknya kembali tidak bersama lagi

tidak ada yang benar-benar akan menemani
karena kita semua hanya singgah di dunia ini
ya, kan?

Sabtu, 05 September 2020

hukuman.

Jatuh cinta sebelum waktunya itu adalah sebuah hukuman.

Dari mata yang tidak terjaga.
Atau mungkin percakapan yang tidak ada perlunya.
Atau hati yang terlanjur berharap pada manusia.

Jumat, 21 Agustus 2020

penat.

Ayo kita ke pantai.
Berjalan di pasir yang bercampur air.
Menikmati angin yang membawa aroma garam.
Memandang ke kejauhan, yang seakan akan sebuah batas antara langit dan lautan.

Ayo kita ke gunung.
Ingin yang dapat melihat keindahan kota dari atas,
atau menikmati deru dan percikan air terjun?
terserah, yang penting ke gunung.
Perjalanannya akan lelah memang, 
tapi tidak apa-apa.

Ayo kita ke taman bunga.
Menikmati warna warninya.

Ayo kita ke kebun raya.
Melakukan piknik sederhana.

Ayo.

Rabu, 19 Agustus 2020

kembali.

20 Agustus 2020
1 Muharram 1442


Kembali ke titik nol.

Jumat, 14 Agustus 2020

jawaban.

Ada yang pernah bertanya,
"Isi blog Afifah itu pengalaman pribadi?"

Menjawab pertanyaan serupa yang muncul ketika teman-teman membaca blog ini, (ya kalau da yang membaca dan bertanya-tanya, kalau nggak ya tidak apa-apa, wkwk)

Iya, tulisan-tulisan ini hampir semuanya refleksi dari kehidupan sehari-hari.
Meskipun tidak semuanya. Kadang ada yang diilhami dari cerita atau pengalaman teman atau orang-orang di sekitar.
Nah, tinggal tebak-menebak, deh, mana yang benar-benar pengalaman pribadi dan mana yang bukan.

Dan kalau banyak tulisan yang terkesan bernuansa sedih atau semacamnya.
Percayalah, itu hanya gaya penulisannya 
saja.

Karena bukan tidak mungkin Afifah menulis sesuatu yang melankolis dengan keadaan duduk santai bersama salah satu cinta dalam hidupnya, yakni keripik singkong.

Jadi, jangan terlalu serius, ya. 

doa.

Ck, manusia, manusia.
Bisa-bisanya lupa punya sebuah kekuatan yang bernama doa.

Atau kadang doa itu terucapkan begitu saja 
tanpa keyakinan dan harap yang besar di dalamnya.

Padahal, 
ketika benar-benar tidak tahu lagi harus berbuat apa
merasa tidak ada lagi daya dan upaya
hanya doa kekuatan satu-satunya.

Seringkali manusia juga lupa bahwa,
jawaban doa itu hanya:
Iya,
Iya, tapi nanti, pada waktu terbaiknya.
Iya, tapi akan diganti dengan jauh lebih baik dari yang terkira. 




Dan padaku,
jawaban doa itu datang tiba-tiba.
Di waktu yang tidak disangka-sangka.
Di saat bahkan yang berdoa sudah lupa kapan dia mulai meminta.
yang tersisa hanya sebuah jawaban dan air mata bahagia.


Dan aku semakin yakin masih banyak doa yang satu persatu akan dikabulkanNya.
Hanya perlu bersabar dan selalu berprasangka yang baik-baik saja. 

Jadi, kejutan apalagi setelah ini, ya?


Kamis, 13 Agustus 2020

menjadi lebih baik lagi.

Memperbaiki diri itu bukan sebuah tujuan, tapi proses.

Bagaimana caranya?
Mudah, ikuti saja SOP-nya langsung dari Sang Pencipta.
Tolok ukurnya adalah ridho-Nya.

Kalau ada yang dirasa tidak beres pada dirimu, 
keseharianmu,
suasana hatimu, 
mungkin ada sesuatu yang tidak sesuai dengan SOP.
Bisa jadi ada hal-hal yang tidak Ia ridhoi. 

Dalam hidup ini semuanya merupakan sebab akibat,
termasuk hal-hal sepele yang tidak kau ingat 
atau bahkan tidak terlihat.

Jika kamu mengalami hal-hal kurang menyenangkan, 
coba ingat-ingat apa yang sudah kamu lakukan,
karena semuanya pasti berkaitan.

Jika memang yang kamu lakukan bukan sesuatu yang Dia ridhoi, 
segera mohon ampun dengan sepenuh hati, lalu perbaiki diri.
Berjanji untuk berusaha keras tidak mengulanginya lagi.

Tapi tidak dipungkiri, 
kadang hal-hal yang tidak kamu suka bisa jadi adalah bentuk ujian dan kasih sayangNya.

Pada akhirnya,
jangan lelah untuk memperbaiki diri, ya.

Sampai waktunya pulang nanti,
ke sebenar-benarnya rumah kita 

Rabu, 12 Agustus 2020

perkara aib.

Kalau seluruh aib kita tidak ada penghalangnya,
bahaya, ya?
Setiap orang yang bisa melihat aib dan dosa.
Apalagi jika keduanya mengeluarkan aroma yang tidak sedap.
Siapa yang mau berteman dengan kita?

Tapi,

Baiknya Allah tidak terkira.
Ia biarkan manusia melihat dari kita yang baik-baik saja.
Bahkan hampir sempurna.
Allah tutupi aib-aib kita.

Belum benar-benar taat tapi seluruh keburukan ditutup rapat. 
Belum lagi limpahan kebaikan yang berlipat-lipat.

Kalau sudah begini, 
malu, ya, rasanya.

Semoga Allah mengizinkan kita untuk benar-benar memiliki kebaikan yang orang lain lihat pada kita.
Dan menjauhkan kita dari hal-hal sebaliknya.

Aamiin.


kuat.

Hati, sabar, ya.
Fisik, kuat, ya.
Pikiran, tenang, ya.

Ujian Allah itu memang bentuknya macam-macam.
Tapi tujuannya cuma satu, supaya manusianya "naik tingkat" sama seperti ujian sekolah dulu.
Kalau yang seperti ini saja tidak kuat, bagaimana mau naik tingkat?


Mau "remedial" terus? 

Sabar, kuat, dan tenang, ya.
Nangis gapapa, asal sekadarnya saja.
Setelah itu, senyum lagi, jangan lupa. 

Dalam hitungan satu...dua....tiga...

Hapus air matanya, lalu kembali gembira.

Jika butuh cerita, cerita saja.
Luapkan semuanya, tidak apa-apa.
Pertama-tama kepada Tuhan Yang Maha Segala.
Kalau setelah itu belum lega, hubungi orang-orang yang kamu percaya. 
Ceritakan semuanya. 


Ingat, sabar itu hadiahnya surga.
Makanya sulit tidak terkira.

Tenang. 
Allah cuma kasih ujian, bukan meninggalkan.
Kalau ada yang tidak bisa diubah, ya sudah, pasrah. 

Setelah ini kamu akan jadi jauh lebih baik.

Percaya, deh.

Sabtu, 08 Agustus 2020

sayangi kamu.

Sayangi dirimu.
Dirimu sendiri.

Satu-satunya manusia yang bisa mencintai kamu apa adanya.
Yang mencintaimu ketika kamu dalam keadaan paling baik,
saat rambut atau kerudungmu rapih, 
saat wajahmu cerah
saat tubuhmu berjalan tegap, 
pakaianmu anggun, 
dari atas hingga bawah semuanya terlihat sempurna. 

Dan dalam keadaan paling buruk sekalipun,
sekusut apapun rambutmu
semuram atau sekusam apa wajahmu
selunglai apapun tubuhmu
selusuh apapun pakaianmu
ketika seluruhnya yang ada padamu berantakkan,
dia juga tetap mencintaimu
tidak ada yang salah padamu dengan seperti itu karena dia mengerti apa yang terjadi. 

Sayangi dirimu.

Satu-satunya manusia yang paling bangga ketika kamu dalam kondisi terbaikmu,
ketika semua berjalan sesuai rencana,
ketika kamu mendapatkan hal-hal bahagia,
ketika semua orang menyanjungmu,
ketika suasana hatimu baik-baik saja.

Bahkan terkadang dia memberi hadiah-hadiah sederhana untukmu yang sudah berusaha.

Dan manusia yang tetap sabar denganmu,
ketika semua rencanamu berantakkan,
ketika tidak ada satupun hal yang terselesaikan,
ketika banyak hal buruk yang tidak kamu mengerti
ketika kamu tidak mampu lagi membendung semua keluhan,
ketika suasana hatimu benar-benar tidak karuan, 
ketika air mata akhirnya tidak tertahan
dirimu-lah yang paling mengerti.

Bahkan dalam keadaan terburukmu pun, dia akan memberimu kejutan-kejutan sederhana agar hatimu sedikit berwarna.

karena itu,
sayangi dirimu.

Jumat, 07 Agustus 2020

khawatir.

Ketika keadaan sudah baik-baik saja,
kadang kita merasa takut 
dan muncul kekhawatiran,
"Bagaimana jika waktu-waktu buruk itu datang kembali tanpa permisi dan tidak memberi waktu kepada kita untuk bersiap-siap menghadapinya?"


Sayang, 
Sebenarnya kita memang tidak pernah bisa siap.
Allah yang membuat seakan-akan kita yang kuat menghadapinya. 
Padahal semua berlalu karena Ia yang mengizinkannya.

Jadi, tenang saja.



sehat, ya.



Layaknya tubuh yang sakit, agar sehat kembali terkadang harus dipaksa menelan obat yang pahit.
Aku percaya, begitupula dengan hati. 

Rabu, 05 Agustus 2020

tidak apa-apa.

Tidak usah memaksa.
Wajar kan, kalau sesekali kita merasa tidak baik-baik saja?

Tenang saja.
Rasa "tidak baik-baik saja"-nya paling cuma sementara.
Setelah itu semuanya akan kembali seperti semula.

Sabtu, 25 Juli 2020

tidak tahu diri.

Manusia itu, kadang lupa jika dirinya sudah berkali-kali diselamatkan dari dosa. Diingatkan dan ditegur melalui apa yang dilihat dan didengar pun belum tentu sadar.

Manusia itu, sombong. Merasa sudah berusaha sebaik-baiknya.
Padahal di belakang tubuhnya semakin bertumpuk dosa-dosa.

Meminta pertolongan dan berharap pada sesama manusia. 
Lupa bahwa ada Zat yang Maha Mengatur Segalanya.

Manusia itu, aku.

Rabu, 22 Juli 2020

kalau sudah takdir.

Hari ini aku belajar.
Seburuk apapun kelihatannya sebuah kemungkinan,
se-tidak mungkin apapun sesuatu,
se-mustahil apapun rasanya,
seburuk apapun prasangka,
jika Tuhan bilang terjadi, pasti terjadi. 

Manusia hanya butuh berusaha, lalu pasrah. 
Berdoa semoga dikuatkan untuk setiap kemungkinan.
Memohon jauh-jauh hari untuk hati yang tetap lapang.
Untuk setiap keputusan yang sudah sejak beribu-ribu tahun lalu ditetapkan.

Selasa, 07 Juli 2020

Sayang Paling Tinggi

Ketika kamu bilang tentang rasa sayang,
Kamu harus mengerti wujudnya bukan hanya materi.

Rasa sayang tertinggimu pada seseorang adalah ketika namanya masuk ke dalam untaian kata pinta pada Yang Maha Kuasa.

Setiap pagi.
Setiap hari.
Setiap kamu akan beranjak mengistirahatkan diri.

Ketika anganmu dengannya tidak hanya di dunia saja
Tapi di akhirat pun berharap bisa bersua 

Dan kamu,
adalah nama yang selalu disebut oleh seseorang dalam doanya. 

Tunda Saja Bahagianya

Minggu pagi,
aku bahagia dan bersyukur sekali.
Tahu kenapa? 

Aku makan setengah mangkuk lontong sayur.

Sepele sekali, ya?

Tapi, 
Lontong sayur bukan hal yang sepele
untuk seseorang yang menahan keinginannya selama hampir seminggu.
Rasa lontong sayur menjadi sangat enak ketika hari-hari sebelumnya aku selalu menahan diri agar tidak makan berlebihan di pagi hari.
Kecuali di hari libur, hari ketika tubuh dan pikiran yang lelah perlu dihibur. 

Dari kelezatan lontong sayur itu aku jadi mengerti,
kebahagiaan yang ditunda akan lebih terasa berlipat-lipat bahagianya.
Rasa syukurnya akan sangat terasa ketika kebahagiaan itu diterima.

Jadi, 
aku berbisik kepada Yang Maha Kuasa,
tidak apa-apa jika ada bahagia yang harus ditunda.
Aku ingin merasakan syukur yang luar biasa dan kebahagiaan yang lebih lama.

Jika setengah mangkuk lontong sayur saja sudah bisa memberikan kebahagiaan yang luar biasa,
Bagaimana dengan hal yang tidak hanya terkait dengan dunia?



Pasti lebih besar bahagianya.

Dunia itu Lelah

Semakin bertambah usia,
aku merasa dunia itu melelahkan sebenarnya

Bahagianya fana
Sedihnya pun juga

Seringkali kita lupa diri
Mengejar sesuatu yang tidak akan dibawa mati
Mencari yang tidak akan benar-benar dimiliki
Segala rupa keindahan berlomba untuk dikoleksi

Tapi jika ditanya,
"Sudah siap kembali?" 
Rasanya bekal yang akan dibawa belum mencukupi

Semoga aku, kamu, kita
Tidak pernah lupa 
Bahwa yang dipertanggungjawabkan adalah semua 
Banyak? Iya

Kampung halaman kita bukan di sini
Jalan yang panjang di depan sana menanti

Kita hanya sedang menepi
Melenturkan badan, melemaskan kaki
Mengumpulkan apa yang kira-kira dibutuhkan 

Sesudah itu kita lanjutkan perjalanan lagi

Jangan terlalu khawatir dengan yang terjadi di sini
Ketika rasa cemas mulai melingkupi,
Ingat, 
Kelak, mungkin kita tidak akan mengingat bahkan memperdulikannya sama sekali
Atau pertanyakan pada diri,
"Apakah Tuhan akan mempertimbangkan hal ini?"
Jika tidak, maka jangan biarkan pikiranmu dipenuhi

Mungkin bukan hari ini,
Tapi, suatu hari nanti kamu pasti akan menyadari,


Prioritas kita hanya surga.

Rabu, 01 Juli 2020

jadi begini.

Aku pernah diajarkan,

jangan pernah membenci seseorang yang melakukan hal menyebalkan. 
Jangan benci dirinya, fokus pada perbuatan.

Lebih baik lagi jika kamu bisa mendoakan.
Semoga Ia tidak mengulanginya,
dan sadar bahwa itu sebuah kesalahan.

Sejak saat itu, 

aku berusaha untuk tidak pernah membenci siapa-siapa lagi. 





...
kamu mengerti?

Selasa, 30 Juni 2020

rahasiamu.

"Jangan sedih," katamu kepada orang-orang yang kehilangan,
yang putus asa,
dan terluka.

Namun kemudian di sisi ruangan yang gelap itu,
kamu berderai air mata.

Aku curiga,
Apa kamu mencuri air mata-air mata mereka dan menggantinya dengan bahagia yang kamu punya?

Hingga yang tersisa padamu adalah air mata,
dan kamu perlu sesekali untuk meluapkannya.

Setelahnya kamu mengusap bersih wajahmu dan mengembalikan senyum seperti tidak terjadi apa-apa.

Sini, 
tidak usah berbohong lagi.
Tidak usah mengorbankan diri.

Bagi sedihmu kepadaku, 
dan ini, ambil setengah bahagiaku. 

Adil dalam merasa membuat kita menjadi manusia seutuhnya. 

Senin, 29 Juni 2020

Tidak Apa-Apa Jika Tidak Jadi Pahlawan

Tadinya ku pikir,
aku yang tidak bisa memahami orang lain.

Ternyata,
kita memang tidak pernah bisa sepenuhnya mengerti manusia.

Bahkan terkadang diri sendiri juga. 

Kita ini makhluk yang mudah sekali berubah-ubah hati dan pikirannya. 

Belum lagi,
di antara kita ada yang mudah lupa. 

Lalu, harus bagaimana? 

Ya sudah,
berusaha mengerti semampu diri.

Jangan terlalu ambil pusing dengan yang terjadi. 
Jangan biarkan pikiran dan perasaan buruk menguasai.
Jangan biarkan rasa takut dihakimi orang lain menghantui. 
Apalagi membiarkan amarah yang tak terkendali.

Menjadi dewasa bukan berarti kamu harus bisa menanggung semua masalah hingga  terselesaikan. 
Menjadi dewasa bukan berarti kamu harus selalu jadi pahlawan. 
Memilih diam juga bukan sebuah kesalahan. 

Toh, pada dasarnya, memang hanya Allah Yang Maha Mengendalikan seluruh hati manusia, kan?

30 Juni 2020

Sabtu, 27 Juni 2020

Jangan pernah.

Aku hanya mencoba memperingatkan.

Jangan pernah coba-coba untuk jatuh cinta.
Kagum pun tak perlu.
Ada alasan mengapa Allah menyuruh kita menjaga pandangan dari apa-apa yang diharamkan. 
Karena tanpa memandang pun hati bisa jatuh pada siapa saja.

Jangan pernah.
Kecuali kamu sudah menemukan jalan keluar yang sesuai syariat-Nya.

Aku tidak menakuti, 
hanya saja kamu akan tersiksa, pasti.
Terombang-ambing antara memenuhi rasa atau menaati-Nya.

Jadi, daripada harus mengalami, bukankah lebih baik rapat-rapat menutup hati? 

Pikirkan itu baik-baik. 

Rabu, 24 Juni 2020

ada yang aneh.

Jika langkah awal dimulai dengan salah.
Perjalanannya pun tak tentu arah.

Boleh menyerah?
Kembali ke titik awal lalu semuanya diubah.


Jumat, 19 Juni 2020

Pada Pusaramu

Bu, aku terdiam di depan pusaramu. Hadir juga kenangan delapan tahun lalu saat ayah mengetuk pintu kamar dengan terburu-buru 
dan aku yang belum sadar sepenuhnya dari tidur melihatmu terbujur kaku.

Runtuh duniaku
Berhenti sudah waktu
Satu-satunya yang terlintas di pikiran adalah apakah aku bisa bertahan tanpamu

Apalagi adik paling kecil belum sepenuhnya paham dengan apa yang terjadi. Dia hanya akan mencari dan berharap engkau datang lagi. Padahal merajuk bagaimanapun ragamu tidak akan kembali.

Namun,
sekarang aku malah bertanya-tanya.
Mengapa saat itu aku bisa-bisanya lupa,
bahwa ada Tuhan yang Maha Menjaga
dan Dia tahu segalanya. 

Ternyata kepergianmu tidak hanya meninggalkan luka, tapi juga kekuatan yang luar biasa. 

.....

Bu, izinkan aku bercerita. 

Anak bungsumu baru saja menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya. Dia akan masuk ke asrama sebuah sekolah agama. Hebat, ya? Dia anak pertama yang akan merasakan tinggal jauh dari keluarga dalam waktu lama.
Dulu, sepertinya ayah menginginkanku melanjutkan ke sekolah seperti itu juga, kan? tapi aku yang mudah sakit membuatmu tidak rela. 


Kemudian, 
Anak ketigamu yang dulu selalu mencari perhatian dengan tingkah yang ada ada saja, sudah lulus sekolah kejuruan jurusan tataboga. 
Meskipun masih bimbang ingin kemana, ada beberapa pilihan yang akan dia coba. 
Dia laki-laki hebat. Untuk seseorang yang baru belajar, masakannya cukup lezat. 

Lalu,
anak sulungmu, dia sudah berbahagia dengan laki-laki yang dicintainya. 
Perempuan yang tangguh itu, saat ini sedang mengandung anak pertama. 
Anaknya pasti setangguh ibunya. 

Bu, 
apa kau bertanya-tanya bagaimana dengan sang anak kedua? 

Hmm.

Sepertinya dia sedang dalam masa peralihannya. Penuh impian yang dibalut kecemasan. Masih berusaha keras melawan hal-hal buruk yang menyelimuti perasaan dan pikirannya.
Tapi percayalah, dia bersyukur dan bahagia. 

....


Bu, pada sisi pusaramu aku berlutut.
Terimakasih telah membantuku melawan semua rasa takut,
juga teladan baik yang tidak pernah luput.
Hingga saat ini keberanian dan hal-hal baik itu masih aku rajut.
Untaian doamu pun satu persatu terwujud.  

Terimakasih sudah menjadi wanita yang berusaha untuk bisa segalanya.
Saat kau masih seusiaku, pasti tidak pernah menyangka hidup akan memberimu banyak kejutan di dalamnya. 

Dan aku yakin,
kalau ibu saja bisa,

aku juga.


Segenggam Perasaan

Ya Tuhan,

Ini, aku kembalikan. 
segenggam perasaan yang ternyata belum siap aku emban.
Hanya segenggam, tetapi riuhnya kadang tidak bisa aku redam.

Rasanya saat itu sudah ku sapu bersih relung hati.
Memastikan tidak ada yang tersisa.
Namun ternyata tertinggal serpihannya.
Kasat mata.
dan sekarang aku kembalikan sepenuhnya.

Jika Engkau berkenan, 
tolong berikan lagi padaku di lain waktu.
Saat aku sudah lebih siap untuk menerima takdirMu.
Ketika semua tidak lagi semu.
Meskipun itu tetap bukan milikku, tapi sepenuhnya milikMu.

Saat ini, tolong jaga perasaan itu agar tidak kembali. 
Aku tidak tahu, bahagia atau duka 'kah yang di ujung jalan itu berdiri.
Kuatkan aku untuk apapun yang nanti terjadi.

Aku tidak akan mempertanyakan apa-apa lagi.
Kau menciptakanku dengan sebuah kekuatan,
dan tidak akan ku sia-siakan. 

Ini semua putusan-Mu, dan aku tidak pernah ragu.


Terimakasih untuk semua hal yang semakin baik setiap harinya.
Untuk semua yang baik-baik saja.
Hanya segenggam perasaan itu yang menyiksa.

Perasaan yang mengganggu

karena itu ku kembalikan ia padaMu. 












Rabu, 03 Juni 2020

Karunia Allah itu tidak selalu berbentuk harta melimpah.
Banyak dari yang lebih dari itu.
Misalnya, hidayah.

Selasa, 02 Juni 2020

lepas.

Seseorang berkata padaku, jangan pernah ragu melepas sesuatu karena Allah.

Mungkin pada awalnya kamu akan diliputi rasa tidak rela,
memunculkan sederet alasan sebagai pembenaran.

Lepas dengan tidak perlahan.
Agar rasa memiliki tidak semakin menjadi.

Kemudian, apa?

Ikhlaskan.

Pada dasarnya manusia memang tidak memiliki apa-apa, kan?
Tidak sesuatu pun.
Tidak ada yang benar-benar dimiliki oleh seorang anak manusia 
meskipun hal itu ada di tangannya. 

Maka, 
belajarlah melepaskan.

Tenang saja, setelah itu kemungkinannya hanya dua.

Dia ganti dengan pahala-Nya
atau 
Dia kembalikan dalam wujud sesuatu yang Dia ridhoi

Jika demikian, apa yang perlu kamu khawatirkan? 

Jumat, 29 Mei 2020

Teruntuk kamu yang sedang terluka.
Tidak apa-apa, kamu hanya butuh waktu untuk sembuh. 
Kelak, mungkin kamu akan menertawakan lukamu saat ini.
Rasakan saja dulu perihnya.

Karena pernah merasa luka, bukankah kita akan lebih mensyukuri bahagia?

Selasa, 26 Mei 2020

salahmu.

Kalau harimu tidak berjalan dengan baik.
Tidak fokus apa apa.
Seharian ingin mengeluh saja rasanya.
Semua manusia menyebalkannya sama.
Pekerjaanmu tidak ada yang selesai dengan sempurna.

Jangan salahkan orang lain.

Periksa hatimu.
Ingat-ingat apa yang kamu lakukan di hari-hari yang lalu.
Mungkin itu yang menyebabkan semuanya kelabu.

Tau penyebabnya?
Salah satunya sangat mungkin timbunan dosa.
Yang kamu anggap remeh dan kemudian lupa.
Padahal di hatimu mereka meninggalkan noda.
Dan kamu pikir dengan begitu hidupmu akan baik-baik saja?


Dasar manusia.

Minggu, 24 Mei 2020

Berdamai dengan orang lain,
sudah. 
Berdamai dengan diri sendiri,
sudah?

Berdamai dengan semua kekurangan, misalnya.

Meminta maaf kepada orang lain, 
sudah.
Meminta maaf kepada diri sendiri, 
sudah?

Meminta maaf karena sering meragukan kemampuan,
karena sering merendahkan,
karena sering merasa tidak berguna. 
karena sering membandingkan diri dengan yang lain. 
karena sering memenuhi pikiran dengan hal-hal yang tidak penting.
karena sering tidak memenuhi hak diri bahkan mengabaikannya.

Memaafkan orang lain,
sudah.
Memaafkan diri sendiri,
sudah?

Atas kesalahan dan kebodohan yang sebenarnya sebuah pelajaran. 
Atas kesempatan-kesempatan yang terlewatkan.
Atas menaruh hati pada seseorang yang salah. 

Ingat, bukan hanya hubunganmu dengan orang lain yang perlu diperbaiki.


Jumat, 22 Mei 2020

Ada kalanya, 
Keadaan memaksa setiap manusia 
Untuk tetap bertahan

Termasuk seseorang yang tidak yakin 
apa dirinya mampu untuk tidak menangis?
atau berharap akan orang lain
atau hanya mempertanyakan keadaan 
dan kalah

Pada perjalanannya
Orang itu berkali kali jatuh
tersungkur
terjerembab
terantuk benda-benda tumpul
sakit? pasti

Rasanya ingin menyudahi 
tapi keadaan tidak bisa diperbaiki semudah menekuk ibu jari

Hingga ternyata,
"Sesuatu yang tidak membunuhmu akan membuatmu lebih kuat" itu, benar adanya

Setiap luka 
dibasuh
dibasuh 
terus dibasuh
jangan tanya dengan apa
sudah pasti air mata

dan akhirnya
manusia lemah itu tak lagi peduli
dengan luka yang ada pada diri

cukup dengan mengusapkan
darah yang mengalir itu 
di atas kain yang melekat 
atau membiarkannya kering
dengan sendirinya

Kadang dia masih menangis
hanya karena tak tahu lagi cara untuk mengatakan bahwa,
hatinya lelah
pikirannya bingung
tubuhnya sedang rapuh

Tapi tenang saja, 
Setelah itu dia akan bangkit lagi
seakan tidak ada apa apa sebelumnya
dia pastikan semua orang bilang,
dia baik baik saja

Dia bangkit
dengan masih ada luka 
di beberapa bagian tubuhnya
dan luka menganga 
di hatinya
tapi seperti biasa
dia akan membiarkannya kering
dengan sendirinya

"Luka itu biasa," katanya.

Setelah ini, apalagi? 

Sabtu, 16 Mei 2020

Tidak apa-apa. 
Kita semua memang sedang tidak baik-baik saja.

Cemas.
Takut.
Sedih.
Bosan.
Ingin marah.
Bingung. 
Was-was.
Ingin menyerah.
Tidak bersemangat.
Khawatir.

Kita menebak-nebak apa lagi yang akan datang.
Kita semakin khawatir dengan semua hal yang disayang. 

Tidak apa-apa. Wajar, kita hanya manusia.

Berdoa sama-sama, ya. 

Sabtu, 25 April 2020

Jika kamu masih bisa melihat perempuan yang melahirkanmu secara nyata,
apalagi bisa memeluknya,

berhentilah mengeluh dan mempertanyakan soal kebahagiaan hidup.

Dia kebahagiaanmu.

Sedang kamu lebih sering menyia-nyiakannya. 

Tanpa kamu sadari tidak semua orang bisa mendapat kebahagiaan yang sama.

Rabu, 15 April 2020

Biar Allah yang Menjaga

Ketika kamu sedang sedih atau merasa takut dengan sesuatu yang belum terjadi,
lalu ternyata tidak ada satupun manusia yang bisa membantu,
tenanglah.

Ketika kamu mengkhawatirkan seseorang,
dan jarak membuat kalian terhalang. 

Ingat cerita Raja Abrahah dan tentara bergajah? 
Kalut dirasakan para penduduk Mekah. 
Mereka sudah berusaha, tetapi merasa tidak akan bisa membendung serangan Abrahah dan pasukannya. 
Termasuk melindungi Ka'bah. 
Akhirnya mereka memilih untuk pasrah dan menyerah kepada Sang Pemilik Segala.

Seketika Allah menunjukkan kuasa-Nya.
Kota Mekah sepenuhnya Dia jaga.
Tanpa perlawanan apa-apa dari penduduk Mekah,
Abrahah dan pasukannya satu per satu binasa. 
Bahkan Ka'bah tak tersentuh sedikit pun juga. 

Maka,
ketika masalah dan ketakutanmu tidak bisa sirna
dan tak ada satupun bantuan manusia,
percayalah,
Allah langsung yang akan mengatasinya,
tanpa perantara. 
Melalui keajaiban-keajaiban yang bahkan kamu pun tidak dapat menerka. 

Berbahagialah, 
Saat itu mungkin Allah ingin kamu "kembali" seutuhnya. 
Memohon, merajuk, menangis, meminta.
Dan Dia akan tunjukkan kuasa-Nya. 

Allah yang akan sembuhkan luka.
Allah yang akan melapangkan dada.
Allah yang akan atasi ketakutan
Allah yang akan menenangkan pikiran.
Allah yang akan menjauhkan bisikan-bisikan buruk dari dalam perasaan. 

Dan kamu akan merasa tidak lagi butuh siapa-siapa.

Senin, 13 April 2020

Salah satu alasan kamu harus bersikap baik ke semua orang adalah,

Ada manusia-manusia yang berusaha terlihat baik-baik saja,
padahal pikirannya berantakan
atau
perasaannya hancur
atau 
jiwanya sedang rapuh.

Kamu tidak tahu sebesar apa usahanya untuk sekedar menegakkan tubuh,
dan menjalani hari seakan tidak ada hal buruk yang terjadi.

Kamu tidak tahu pikirannya masih sulit memahami dirinya sendiri.
Dia bahkan bisa saja tidak mengerti apa yang sedang dia alami.

Dia ingin bercerita,
tapi tidak tahu pada siapa,
atau takut orang orang tidak akan peduli.

Dia ingin menangis,
tapi tidak ingin terlihat lemah
dan dinilai payah.

Siapa saja bisa menjadi "Dia".

Mungkin saja temanmu,
yang terlihat bersemangat di meja kerjanya,
yang senang berkelakar dan menghidupkan suasana.

Namun,
kamu tidak pernah menduga,
ketika malam tiba,
di atas bantal sambil menangis dia menenggelamkan kepalanya.

Sabtu, 11 April 2020

Semoga Allah selalu merahmati para ibu atau para perempuan tangguh yang bisa bertanggungjawab atas seluruh pekerjaan rumah.
Baik mereka yang sepenuhnya di rumah, 
atau mereka yang juga harus bekerja. 

Semoga Allah juga selalu merahmati para bapak atau para lelaki yang sadar,
bahwa dirinya juga memiliki peranan dalam rumah tangga selain mencari nafkah dan tidak keberatan untuk membantu pekerjaan rumah. 


Karena ternyata itu susah. 

Rabu, 08 April 2020

Nangis aja dulu, gapapa.

Kaget, ya, dengan perubahan yang tiba-tiba?
Berantakan, ya, semuanya?
Bingung, ya, apa dulu yang harus dibenahi dan mana dulu yang harus dilakukan selanjutnya?

Gapapa,
kalau mau nangis, nangis dulu aja.

Gapapa, 
kalau bingung harus bagaimana. 

Akui saja kalau kamu manusia.
Kamu butuh waktu untuk menerima. 
Terkadang kamu butuh tempat untuk menumpahkan segalanya. 

Kalau sudah lega,
ayo berpikir jernih lagi. 
Kita mulai merapihkan semuanya dengan 
rasa syukur dan sabar yang teramat besar.
Lalu pelan-pelan kita susun rencana satu persatu. 

Percaya,
kamu pasti bisa.

Kalau lelah, 
istirahat sejenak juga tidak masalah.

Tidak apa-apa. Tenang saja.

Selasa, 07 April 2020

Ternyata Sayang itu Bentuknya Beda-Beda, ya.

"Jangan naik angkot dulu. Naik grab boleh tapi pake helm sendiri."
"...terus pulang pergi harus naik ojol?"
beliau tidak memberi jawaban. 

Jam 16.00:
 "Keluar kantor jam berapa? Tunggu ya"

Aku yakin beliau tidak lupa umurku sudah menginjak 22.

Jumat, 03 April 2020

Kamu dan Gawaimu

Aku heran dengan mereka yang bisa seharian memegang gawainya. Saat makan, saat menonton tv (jangan tanya bagaimana mereka melakukannya), pun saat diajak bicara. Padahal mereka hanya berkali-kali mengecek media sosial saja. Bukan sesuatu yang penting, bekerja misalnya. Mata mereka tidak bisa terlepas dari layar yang menyala, hanya sesekali saja. 

Apa mereka tidak ingin sesekali menatap mata orang yang sedang berbicara dengan mereka secara nyata?

Apa mereka tidak takut menyesal karena tidak menghabiskan waktu dengan orang-orang yang berharga ketika mereka sudah tidak ada? 

Apa mereka tidak mau menghabiskan lebih banyak waktu untuk lebih dekat dengan Zat yang membuat mereka ada? 

Terlebih mereka yang terlalu berlebihan menghabiskan waktu dengan permainan. 
(Mobile legend, kita sebut saja salah satu contohnya :P)

Lebih baik jangan ajak bicara ketika mereka sedang asyik dengan permainan itu. Kamu hanya akan sakit hati, percaya padaku. 




Bukan berarti tidak boleh, bukan. Tapi semua harus ditempatkan pada porsinya. Balon saja akan meledak jika dia menerima udara terlalu banyak dari kapasitas yang bisa dia terima. Begitu juga dengan sesuatu hal yang dilakukan dengan berlebihan di luar batasnya. 

Aku sangat menghargai orang-orang yang ketika diajak bicara, melepaskan pandangan dari gawai mereka. 
Apalagi jika terlebih dahulu meletakkannya, lalu mendengarkan secara saksama.
Bahkan jika perlu menatap mata.  
Karena, 
siapa yang tidak bahagia jika diperhatikan benar-benar ketika sedang bercerita? 


Kalau tidak, lebih baik ceritaku ditulis saja. Dengan begitu, aku tidak berharap untuk didengar atau mendapatkan tanggapan. 
Salah satu cara terbaik untuk melindungi perasaan. 
Ya, kan?

Rabu, 01 April 2020

Pada siapapun,
aku tidak mau menaruh harapan.
Apalagi menyimpan perasaan.

Karena jika aku lakukan,
aku tidak dibekali buku panduan
tentang bagaimana agar semua itu bisa dilenyapkan. 




Jumat, 27 Maret 2020

Manusia itu terkadang lupa
Bahwa sejatinya di dunia ini 
dia tak punya kuasa apa-apa

Pernah merasa sangat sedih,
lalu tiba-tiba datang hal-hal yang membuat bahagia?

atau 

Pernah merasa sangat bahagia, 
tiba-tiba kesedihan merenggutnya? 

Pernah terlalu menyukai sesuatu,
atau seseorang,
tetapi seiring waktu perasaan itu berubah begitu saja?
atau sebaliknya?

Nah kan,
Bahkan atas hatinya,
manusia tak punya kuasa.
Pernah merasa heran dengan kehadiran seseorang yang sebenarnya tidak kamu harapkan?

Kamu bertanya-tanya pada Tuhan 
mengapa dengan orang seperti dia kamu dipertemukan.

Mungkin,
dia termasuk orang-orang
yang memang sudah ditakdirkan 
hadir untuk menjadi pelajaran,

atau kenangan. 

Kamis, 26 Maret 2020

Lagi-lagi,
terjatuh pada kesalahan yang sama?

Ya sudah, apa boleh buat.

Waktu tidak bisa diulang juga. 

Yang sudah terjadi ya memang seharusnya terjadi. 


Tapi, 
Janji, ya, ini yang terakhir kalinya? 

Meskipun awalnya tidak terasa,
kalau berkali-kali jatuh,
lama kelamaan, kan, sakit juga. 

Rabu, 25 Maret 2020

Kamu yang menangisi seseorang
karena sesuatu yang diatasnamakan rindu
padahal dia tidak ada ikatan apa-apa denganmu,
berhentilah. 
Salahkan dirimu sendiri. 

Bukan salahmu ketika suatu hari, 
sosoknya tertangkap matamu.

Salahmu adalah ketika tentang dirinya mulai kau cari tahu.
Salahmu berani membuka hati.
Salahmu menaruh harapan
dan merangkai angan-angan tinggi.
Salahmu ketika membiarkan diri terhanyut perasaan.
Semua kekurangannya kamu kesampingkan.
Bahkan, larangan Tuhan juga kamu lupakan. 

Ketika sadar,
kamu katakan sudah terlanjur sulit untuk melupakan. 

Dasar. 

Bersyukurlah kamu diingatkan Tuhan. 

Ayo, segera lupakan.
Tutup kembali hati.
Putus semua harapan.
Hancurkan semua angan-angan.
Lawan setiap perasaan. 

Apa yang sudah kamu yakin ada padanya? 
Akhlak mulia? 
Ilmu? 
Perangai dan kebiasaan baik?
Sudah sesuai dengan kriteria?

Jika kamu belum bisa menjawabnya, 
ayo, buka mata.
Kamu belum mengenalnya.
Dia belum terlihat apa-apa.
Hanya saja, di matamu yang berkabut dia terlihat nyaris sempurna. 
Melengkapi apa yang padamu belum ada. 

Sadar. 
Mungkin hanya kata-kata manis yang kalian umbar.

Jika kamu dan dia
berani berkata atas nama cinta,
mana buktinya? 

Cinta dibuktikan hanya dengan satu cara.

Dengan diucapkannya sebuah perjanjian yang menggetarkan langit dan dunia. 

Jika memikirkan itu saja kamu langsung merasa pusing,
tata saja terlebih dahulu hidupmu dan hidupnya masing-masing. 

Mengerti? 



Selasa, 24 Maret 2020

Memang sedih rasanya jika kamu tau seseorang yang kamu sayang
terjerat dalam suatu hal yang salah 
dan menjadi sebuah kebiasaan
tetapi kamu tidak punya kuasa untuk menghentikan. 

Kamu bisa berupaya,
tapi tidak bisa mengubah dia sepenuhnya.

Sampai pada titik lelah kamu rasakan,
dan menyerahkan semuanya pada Tuhan.

Rasanya tidak rela
jika dia yang selama ini kamu jaga
sedemikian rupa,
melakukan hal yang kamu benci
berulang kali. 

Dia tetap menjadi orang yang kamu sayangi.
Padahal, 
rasanya ingin tidak peduli lagi
memandangnya setengah hati
atau bahkan membencinya setengah mati.

Ya sudah.
Lakukan saja apa yang kamu bisa.

Berusaha untuk melihat sisi baiknya,
menerima bahwa dia hanya manusia,
berupaya mengubahnya, 
sambil terus merajut untaian doa.

Percayalah,
Tuhan tidak akan mengabaikan kepasrahan hamba-Nya. 
"Kamu terlihat jauh lebih baik. 
Lebih ceria. 
Lebih bahagia. 
Sedang jatuh cinta, ya?"

"Hah?

Oh, iya! 

Aku sedang jatuh cinta. 

Aku sadar, 
kalau ternyata dia berharga.
Apalagi,
dia hanya ada satu di dunia.

Tadinya,
yang aku perhatikan
hanya semua kekurangan.

Aku mau dia jadi sempurna
padahal,
itu bukan dasar manusia. 

Sekarang, aku lebih menerima. 

Dia memang banyak kekurangan.
Tapi, dia juga makhluk Tuhan
yang diciptakan bukan untuk sebuah kesia-siaan. 

Bahkan, 
jika dia mau berusaha dan meminta, 
setiap kekurangan 
pasti bisa dengan mudah ditutupi oleh Tuhan.

Menerima dia apa adanya,
adalah salah satu caraku untuk mensyukuri karunia. 

Oleh karena itu, 
aku memilih untuk lebih mencintai,
memahami,
menghargai,
menyayangi
dia.

Dan yang terpenting, 
dia itu, 
diriku."
Malam itu, 
ayah mengajakku berbicara.

Sayangnya,
aku tidak bisa fokus dengan apa yang dia ucapkan.

Bukan, bukan tidak sopan. 

Rambutnya yang memutih,
kantung matanya yang semakin terlihat,
raut wajah lelahnya,
baru kali ini aku benar-benar memperhatikan. 

Padahal di setiap harinya,
ia tetap terlihat tangguh seperti biasa. 


Sepertinya aku lupa.
Bahwa ayahku,
sejatinya hanya seorang manusia biasa.

Salahnya,
mengapa melakukan banyak hal dan menutupi semua kelemahan
dengan nyaris sempurna?



Percakapan malam itu pun selesai.

Bukan hal sedih yang menjadi perbincangan,

tapi hatiku
seketika penuh kekhawatiran.

Senin, 23 Maret 2020

"Jangan sedih."
"Jangan takut."
"Gak boleh kesel."
"Masa gitu aja capek?"
"Merasa hampa? Ah, kamu cuma berlebihan."
"Masa sih, sedih sampai tidak bisa apa-apa?"
"Jangan terlalu terbawa perasaan.
"Kamu 'kan laki-laki, masa nangis?"
"Perempuan gak boleh cengeng."



Tapi, kan, kita manusia? 
Selama tidak berlebihan, tidak boleh juga?

Minggu, 22 Maret 2020

Tidak apa-apa jika,
saat ini kamu sedang sering merasa bingung
menentukan hal yang harus dilakukan selanjutnya.

Tetap pada hal yang sudah ada,
rasanya, kok, begini-begini saja. 
Tapi,
mau melangkah kemana,
juga belum tahu arah dan tujuannya.

Kemudian perasaanmu memburuk,
dan merasa semua yang kamu lakukan sia-sia.
Usahamu tidak ada gunanya.

Tidak apa-apa juga jika,
suatu waktu kamu membandingkan diri,
dengan seseorang yang muncul fotonya di sosial media,
dan merasa dia unggul dalam segalanya. 

Tidak apa-apa.
Kamu manusia.
Perasaan-perasaan seperti itu wajar untuk ada.

yang harus kamu selalu ingat,

Kamu berharga.
Tuhan menciptakanmu dengan sebuah tujuan.
Tujuan-Nya memang kasat mata,
tapi tidak ada yang namanya kesia-siaan.
Semua usaha dan proses masuk penilaian.

Kamu belum tahu, kan, kondisimu 10 tahun ke depan?
Kenapa tidak dirangkai kisah indahnya dari sekarang?

Pelan-pelan saja,
jangan terburu-buru.

Percaya,
semua hal baik yang kamu lakukan,
akan mengantarkan kamu kepada kebahagiaan.

Entah sesuai keinginan
atau yang sebenarnya kamu butuhkan.
Pada dasarnya apapun yang dipilihkan Tuhan itu kebaikan, ya kan?

dan ingat,

Kamu berharga.
Hanya ada satu kamu di alam semesta.
Pun ada yang menyamai rupa,
tapi yang benar-benar seperti kamu, jelas tak ada.

Ada orang-orang yang bersyukur dan bahagia
atas terciptanya kamu di dunia.

Aku, salah satunya. 

Jumat, 20 Maret 2020

Apa? 
Kamu mau mencari kebahagiaan yang benar-benar bahagia? 

Ya tidak ada. 

Memangnya kamu pikir ini surga?
Kata orang, 
Sesuatu yang indah dan rasanya ingin kau miliki itu,
terkadang terlihat indah hanya karena belum menjadi milikmu. 

Setelah kau miliki, 
sesuatu itu mungkin akan berubah,
menjadi terlihat biasa saja atau bahkan lama-kelamaan membosankan. 

Maka, ketika rasa ingin memiliki sesuatu itu muncul, 
ada baiknya kamu benar-benar memastikan,
meyakinkan tidak hanya perasaan tapi juga akal sehatmu

Tanyakan berulang kali pada dirimu sendiri,
apa kamu benar-benar ingin memilikinya? 
apa kamu benar-benar membutuhkannya? 
jika iya, untuk kepentingan apa?
apa benar sesuatu itu adalah yang kamu cari?
dari segi apa kamu melihatnya? 
jika ada sesuatu yang ternyata jauh lebih indah lagi, apa kamu tidak akan mudah meninggalkannya? 
apa memang sesuatu itu tidak bisa tergantikan dengan sesuatu yang lain? 
jika kamu harus berkorban atau butuh usaha yang lebih keras untuk mendapatkan sesuatu itu, apa kamu mau melakukannya? 
jika ternyata setelah berusaha keras kamu belum pasti dapat memilikinya, apa kamu akan menganggap semuanya sia-sia? 
apakah suatu hari nanti sesuatu itu akan menjadi tidak menarik lagi di matamu? 
segala hal pasti ada baik dan buruknya, apa kamu mau menanggung resiko dari buruknya sesuatu itu? 
dan masih banyak pertanyaan yang bisa kamu munculkan. 

Jika salah satu pertanyaan masih kamu jawab dengan setengah keyakinan, 

jangan terburu-buru.

Karena sebenarnya,
kamu bahkan belum yakin pada dirimu,
pada pilihanmu.

Jangan khawatir,

sesuatu yang memang untukmu,
tidak akan diambil orang lain.

Dan sesuatu yang memang untuk orang lain,
selamanya tidak akan pernah menjadi milikmu. 

Jangan pernah memaksakan diri untuk memiliki sesuatu yang pada akhirnya tidak berarti lagi di matamu. 

Jangan hanya karena terlihat indah,
tapi karena kamu benar-benar membutuhkan sesuatu itu. 



Berusahalah untuk sesuatu yang selamanya akan berharga bagimu.

Adik-adikku yang manis, 
Sini, aku beritahu sebuah kebenaran yang mungkin sedikit menyakitkan.

Becanda, deng. Gak menyakitkan-menyakitkan banget, sih. 

Jangan terlalu bahagia dengan pesan seorang laki-laki asing yang penuh dengan kata-kata manis. 
Atau yang terkesan penuh perhatian. 
Asing yang ku maksud disini adalah di luar keluargamu.

Karena bisa jadi, 
Pesan itu adalah sebuah 'template' yang juga dia kirimkan pada (entah berapa) perempuan lainnya. 

Lalu, 
pikiran cerdasmu pasti bertanya-tanya,
laki-laki asing macam apa yang kelak bisa kamu percaya? 

Laki-laki yang dengan keberaniannya menemui ayahmu dan meminta dirimu kepadanya. 
Jika dia merasa belum siap, 
dia bahkan tidak akan memulai mengetuk pintu yang memisahkan kalian. 

Dalam diamnya, 
entah dia meminta pada Sang Pengatur Segala untuk membuatnya siap,
atau meminta yang terbaik untuk kalian berdua. 

Sesederhana itu. 

Enggak sederhana juga, sih, kalau begitu. Tapi intinya, ya, begitu. 

Minggu, 08 Maret 2020

Aku yang masih kecil pernah bertanya pada ibu,
tentang perasaan ketika ditinggal oleh nenek untuk selamanya,
saat masih belia.

Aku bertanya,
"apa yang ibu lakukan jika merasa rindu?
menangis?"

Samar-samar ku ingat jawabannya,
"sedikit, tapi setelah itu lebih baik mendoakannya"



Dan sekarang aku menyadari,
saat itu ibu sedang mengajariku,
tentang apa yang harus kulakukan,
pada situasi yang sama.


Saat dia tidak ada. 

Senin, 17 Februari 2020

Hujan
Kamar yang tenang
Selimut yang hangat
Kasur yang empuk
Buku yang menyenangkan

atau

Hujan
Layar yang menyala
Ruangan yang dingin
Tumpukan pekerjaan
Suara ketikan 
Cemilan
dan Teman-teman

Keduanya sama-sama membahagiakan.

Minggu, 09 Februari 2020

Bunga matahariku dipatahkan ayam.
Setelah empat kali gagal menanam.

Ternyata,
Sekeras apapun kita mengusahakan
Kelihatannya sedikit lagi mencapai yang diinginkan,
Tidak akan terjadi jika Tuhan belum mengizinkan.








Sabtu, 08 Februari 2020

Ternyata memang tidak perlu susah payah untuk menjelaskan semua tentangmu kepada siapapun. 
Tidak seutuhnya menunjukkan siapa dirimu juga tak apa jika tidak perlu. 

Alasan-alasan dari hal-hal kecil yang kamu lakukan, 
apa yang sedang terjadi, 
apa yang sedang diperjuangkan, 
apa yang sedang mati-matian diusahakan, apapun itu. 

Sebab itu adalah salah satu cara melindungi diri 
dari mata-mata 
yang hanya karena melihat, 
langsung ingin menghakimi 
tanpa mau terlebih dahulu memahami.  

Dari jiwa-jiwa 
yang hanya ingin tahu 
tapi tidak mau mengerti 
dan perasaan-perasaan 
yang mau memenangkan dirinya sendiri. 


Tidak apa-apa. 
Biarkan saja mereka bermain-main dengan prasangkanya. 
Tidak semua harus dijelaskan. 

Semua manusia sudah dianugerahi Tuhan pikiran dan perasaan. 
Menggunakannya dengan baik atau tidak, itu baru pilihan. 

Lakukan apa yang ingin kamu lakukan selama itu tidak melanggar perintah Tuhan. 
Lakukan selama kamu punya alasan. 
Dan selama mereka tidak bertanya, kamu tidak perlu repot-repot menjelaskan. 
Mungkin keberadaan kita di dunia itu
bisa dianalogikan seperti kita sedang dalam sebuah perjalanan,
lalu singgah di sebuah tempat untuk mengistirahatkan badan
Entah masjid, tempat pengisian bahan bakar, atau rumah makan

Boleh melakukan apa saja disana
Terutama melengkapi perbekalan yang belum ada
Tapi tidak boleh lupa
Semenyenangkan apapun rasanya
Tempat ini bukan tujuan akhir kita

Kalau begitu,
dengan waktu yang sesingkat itu, 
untuk apa terlalu berbangga-bangga dengan yang dipunya
untuk apa terlalu berangan-angan tentang sesuatu yang belum tentu untuk kita
Toh, Sang Pencipta juga sudah menjamin semuanya 

Mungkin karena itu,
Orang bijak berkata,
 jangan terlalu pusingkan masalah dunia
karena semua ada waktu tenggatnya
Kalau memang sudah harus berpulang
ya semua masalah itu juga hilang

Disayang dan bahagia
ada batasnya
Dibenci dan terluka
juga ada batasnya

Mungkin karena itu juga,
Orang bijak berkata
fokuskan diri dengan apa yang dibawa nanti
hidup sesuai dengan apa yang Dia senangi
Jangan terlalu memusingkan tolok ukur manusia
toh seburuk-buruknya ucapan mereka juga hanya sebatas lidahnya


Kalau begitu, 
yuk, bersiap-siap lagi untuk perjalanan selanjutnya
Bilang pada Tuhan kalau kamu tak sanggup berkemas sendiri, 
Supaya Dia kirimkan seseorang untuk bantu dan menemani.

 






Rabu, 05 Februari 2020

Terimakasih orang-orang berharga.
Yang menerima setiap kata yang sebagian orang bahkan tidak mau mendengarnya.
"Aku lelah"
"Seseorang merusak suasana hatiku"
"Aku merasa sedang tidak baik-baik saja"
"Aku merasa akan kehilangan kewarasanku"
"Aku ingin menangis, tapi tidak tahu kenapa. Rasa itu muncul begitu saja sejak pagi ini ku membuka mata"
"Aku sedih, tapi tidak jelas sebabnya"
.... dan masih banyak lagi untaian kata yang menjelaskan bahwa aku masih manusia. Sebuah keniscayaan jika aku bisa merasa tidak bahagia. 

Terimakasih orang orang baik.
Meskipun tidak mengerti, berusaha menenangkan dengan cara terbaik. 

Terimakasih.





Minggu, 02 Februari 2020

Berusahalah untuk selalu berbuat baik pada setiap orang yang kamu temui.
Kamu tidak tahu,
siapa di antara mereka yang baru saja dilukai hatinya,
siapa di antara mereka yang baru saja kecewa,
siapa di antara mereka yang hampir putus asa
siapa di antara mereka yang baru saja direnggut cintanya
siapa di antara mereka yang belum menemukan arahnya
siapa di antara mereka yang sedang berbahagia

Untuk mereka yang sedang dihujani pilu,
bisa jadi berangsur pulih dengan senyum dan kebaikanmu 
dan untuk mereka yang berbunga-bunga,
senyum dan kebaikanmu menjadi pelengkap bahagianya.

Tidak ada yang sia-sia.