Blinking Hello Kitty Angel Jurnal Bunga Matahari: Pada Pusaramu

Jumat, 19 Juni 2020

Pada Pusaramu

Bu, aku terdiam di depan pusaramu. Hadir juga kenangan delapan tahun lalu saat ayah mengetuk pintu kamar dengan terburu-buru 
dan aku yang belum sadar sepenuhnya dari tidur melihatmu terbujur kaku.

Runtuh duniaku
Berhenti sudah waktu
Satu-satunya yang terlintas di pikiran adalah apakah aku bisa bertahan tanpamu

Apalagi adik paling kecil belum sepenuhnya paham dengan apa yang terjadi. Dia hanya akan mencari dan berharap engkau datang lagi. Padahal merajuk bagaimanapun ragamu tidak akan kembali.

Namun,
sekarang aku malah bertanya-tanya.
Mengapa saat itu aku bisa-bisanya lupa,
bahwa ada Tuhan yang Maha Menjaga
dan Dia tahu segalanya. 

Ternyata kepergianmu tidak hanya meninggalkan luka, tapi juga kekuatan yang luar biasa. 

.....

Bu, izinkan aku bercerita. 

Anak bungsumu baru saja menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya. Dia akan masuk ke asrama sebuah sekolah agama. Hebat, ya? Dia anak pertama yang akan merasakan tinggal jauh dari keluarga dalam waktu lama.
Dulu, sepertinya ayah menginginkanku melanjutkan ke sekolah seperti itu juga, kan? tapi aku yang mudah sakit membuatmu tidak rela. 


Kemudian, 
Anak ketigamu yang dulu selalu mencari perhatian dengan tingkah yang ada ada saja, sudah lulus sekolah kejuruan jurusan tataboga. 
Meskipun masih bimbang ingin kemana, ada beberapa pilihan yang akan dia coba. 
Dia laki-laki hebat. Untuk seseorang yang baru belajar, masakannya cukup lezat. 

Lalu,
anak sulungmu, dia sudah berbahagia dengan laki-laki yang dicintainya. 
Perempuan yang tangguh itu, saat ini sedang mengandung anak pertama. 
Anaknya pasti setangguh ibunya. 

Bu, 
apa kau bertanya-tanya bagaimana dengan sang anak kedua? 

Hmm.

Sepertinya dia sedang dalam masa peralihannya. Penuh impian yang dibalut kecemasan. Masih berusaha keras melawan hal-hal buruk yang menyelimuti perasaan dan pikirannya.
Tapi percayalah, dia bersyukur dan bahagia. 

....


Bu, pada sisi pusaramu aku berlutut.
Terimakasih telah membantuku melawan semua rasa takut,
juga teladan baik yang tidak pernah luput.
Hingga saat ini keberanian dan hal-hal baik itu masih aku rajut.
Untaian doamu pun satu persatu terwujud.  

Terimakasih sudah menjadi wanita yang berusaha untuk bisa segalanya.
Saat kau masih seusiaku, pasti tidak pernah menyangka hidup akan memberimu banyak kejutan di dalamnya. 

Dan aku yakin,
kalau ibu saja bisa,

aku juga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar